Lingkungan kampus merupakan miniatur dari keadaan masyarakat. Begitu
banyaknya prinsip dan ideology sehingga membuahan sikap
individualististis yang semakin tinggi. Para mahasiswa diberikan
kesempatan yang seluas luasnya untuk memilih ilmu apa yang akan mereka
dapatkan, begitu juga dengan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan
di kampus tercinta. Jika ditanya masalah akademis, maka ada dua
komponen yang perlu menjadi perhatian yaitu aktivis kafe dan aktifis
kampus.
Keduanya sama sama aktivis namun mempunyai jalan yang berbeda. Jika
aktivis kafe, kita tidak perlu sungkan dan heran jika mereka begitu
cintanya pada kampus sehingga memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin
untuk berada di kampus tercinta. Hal ini bukan merupakan masalah bagi
mereka untuk menamatkan bangku kuliah dengan predikat MAPALA (Mahasiswa
Paling Lama). Namun bagaimana dengan aktivis kampus ? Ternyata banyak
diantara aktivis kampus yang belum bisa mensinergikan aktivitas dan
akademisnya. Tidak jarang seorang aktivis terkesan cuek dengan nilai
Kartu Hasil Studinya yang nasakom, ataupun dengan teguran teguran dari
pihak dosen tentang ketidakdisiplinan mereka. Saya tidak menuntut setiap aktivis untuk
mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat cumelaude,
tetapi minimal seorang aktivis memiliki indeks prestasi yang bisa
dikatakan standar ataupun bagus. seorang aktivis memang tidak bisa
disamakan dengan mahasiswa lainnya yang hanya punya dua orientasi
yaitu kampus dan kos. Ketika para mahasiswa tidur tiduran di kos dengan
santainya, para aktifis masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika
mahasiswa lain hanya pusing dengan tugas tugas dari dosen, maka para
aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan
kemajuan dan kebaikan ke depannya. Dan ketika mahasiswa lain sibuk
dengan persiapan pulang kampungnya, maka aktivis pun sibuk untuk
memikirkan pulang kampusnya alias acara acara selanjutnya di kampus
mereka. Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk
dilakukan. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan seorang aktivis,
berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang
kesempatan untuk pulang kampung.
Akan tetapi kesemuanya itu tidaklah menjadi tameng bagi tiap aktivis
untuk terlena dengan urusan organisasi, karena selain amanah mereka di
institusi masing masing, marekajuga mempunyai amanah yang besar kepada
orang tua untuk menyelesaikan studi dengan sebaik baiknya. Oleh Karena
itu, tiap aktivis perlu mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS.
Artinya kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga
mengutamakan akademis kita sebagai seorang mahasiswa. Saya rasa seorang
aktivis mempunyai kemampuan yang lebih dalam memanage waktunya,
dibandingkan mahasiswa lain. Karena umumnya pada aktivis mempunyai
pemikiran yang matang hasil dari kemampuannya menganalisa dan mensolver
masalah. Seorang mahasiswa biasa yang
mendapat nilai akademis bagus adalah biasa, karena mempunyai waktu yang
luang untuk mengulang ulang pelajaran, namun aktivis yang mempunyai
nilai akademis yang bagus akan lebih disegani dan dijadikan referensi
bagi mahasiswa lain. Jika kita melihat sejarah perjuangan para
mahasiswa ikhwanul muslimin di Timur Tengah, ternyata mereka sangat
memperhatikan sektor pendidikan dan ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan
ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adalah
perintah untuk membaca, bukannya penegasan terhadap ketauhidan kepada
Allah SWT. Seharusnya hal ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua para
aktivis dakwah. Bahwa islam bukannya mengekang para pengikutnya untuk
menuntut ilmu, bahkan islam menganjurkan kita menuntut ilmu sejauh
mungkin agar dapat dipergunakan untuk kejayaan islam nantinya.
Bagi para aktivis yang belum bisa mengoptimalkan nilai akademisnya, ada beberapa tips yang mugkin dapat digunakan, yaitu :
- membuat skala prioritas dari segala aktivitas yang akan dikerjakan
pada hari tersebut, karena kefektifan dalam aktivitas dapat membuka
pikiran kita bahwa ternyata kita mempunyai waktu luang yang dapat
digunakan seefisien mungkin untuk mengulang ulang pelajaran, misalnya di
atas bus, atau pada jam jam kosong ketika kuliah.
- Pahami tentang metode belajar kita, karena tiap orang mempunyai
metode belajar yang berbeda dan kapasitas yang berbeda dalam menyerap
pelajaran. Kenali waktu waktu yang pas bagi kita masing untuk belajar.
Apakah malam hari sebelum tidur , ataukan ketika subuh atau pada waktu
waktu lainnya.
- Mulailah membuat targetan targetan nilai yang akan kita capai pada
semester ini, karena hal tersebut dapat memotivasi kita untuk mencapai
nilai yang sesuai dengan target. Jangan memasang target yang rendah
karena akan membuat semangat kita mengendur. Sebaliknya target juga
harus realistis sesuai dengan kemampuan kita.
- Kenalilah karakter dosen karena tiap dosen mempunyai karakter yang
berbeda. Ada yang tidak perduli dengan kehadiran mahasiswa, adajuga yang
memberikan penilaian gagal karena absensi tidak sesuai dengan target.
Ada yang cuek dengan tugas dan latihan, ada juga yang begitu seringnya
memberikan tugas dan latihan kepada mahasiswa.
- Jangan pernah melakukan praktek titip absent,
karena hal ini bisa mengotori usaha kita dalam mendapatkan ilmu. Sesuatu
yang baik jika disampaikan dengan cara yang tidak baik, tidak akan
dapat memberikan berkah.
Yang paling penting adalah kemampuan kita untuk memanajemen waktu. Allah memberikan waktu
yang sama baik kepada seorang pengemis ataupun kepada seorang presiden, maka dituntut
kecekapan dari tiap aktivis untuk pandai pandai dalam membagi waktu. Sesungguhnya hanya ada
empat golongan mahasiswa di kampus manapun, yaitu :
1. (Mahasiswa luar biasa) Mahasiswa dengan kemampuan organisasi dan
akademis yang menawan. Mahasiswa seperti ini adalah kategori luar
biasa dan biasanya di segani oleh mahasiswa lainnya dan dijadikan
referensi.
2. (Mahasiswa biasa biasa saja) mahasiswa yang tidak mempunyai
kemampuan organisasi, namun mempunyai nilai akademis tinggi. Mahasiswa
jenis ini paling banyak ditemukan, sehingga disebut biasa karena
mempunyai waktu lebih dan kesempatan lebih banyak untuk meraih prestasi.
3. (Mahasiswa pelupa) mahasiswa dengan kemampuan oraganisasi
menabjubkan, tetapi lupa akademis alias mempunyai nilai akademis cukup
mengecewakan. Mahasiswa jenis ini adalah mahasiswa yang terlupa karena
terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya , mereka perlu diingatkan
bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama.
4. (Mahasiswa merana) Mahasiswa yang tidak mempunyai kemapuan
organisasi apalagi akademis yang membanggakan. Mahasiswa jenis ini harus
bersiap siap di lupakan dan dianggap pepasiran di tengah kampus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar