Senin, 10 Desember 2012

IMM Abdya Gelar Aksi Anti Korupsi Di Bundaran Cerana

* Tuntut Tuntaskan Sejumlah Kasus Korupsi

BLANGPIDIE - Menyambut hari anti korupsi se-dunia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) menggelar aksi demo di  Bundaran Cerana, Kota Blangpidie, Minggu (9/12) siang. Mereka mendesak aparat penegak hukum setempat secepatnya menuntaskan sejumlah kasus dugaan tindak korupsi, dan  menuntut Kejaksaan Negeri Blangpidie dan Kapolres Abdya mundur dari jabatannya, jika sampai tanggal 31 Desember 2012 gagal menuntas kasus dugaan korupsi  di daerah seempat.

Aksi demo berjalan tertib dan lancar dimulai sekitar pukul 09.30 WIB melibatkan puluhan peserta dari PC IMM. Selama aksi berlangsung, arus  lalu lintas di lokasi tetap berjalan lancar. Di lokasi, peserta demo mengusung sejumlah spanduk dari kertas karton dan kain putih betuliskan sorotan dan sindiran terhadap aparat penegak hukum dan oknum pejabat.

Seperti spanduk bertuliskan “Penegak hukum Abdya tuntaskan para koruptor di Abdya”. “Tikus berdasi hama yang sangat berbahaya wajib dibasmi”. “Adili Koruptor dan usut untas sejumlah kasus korupsi di Abdya”. “Para penegak hukum jangan tergoda dengan uang receh”. “IMM Abdya kutuk kebiadaban Pioner-pioner koruptor di Abdya”. “Adili dan asingkan para tikus berdasi di negeri breuh sigupai”.

Dalam aksi yang dikawal sejumlah aparat kepolisian itu, beberapa peserta aksi demo menyampaikan orasi  silih berganti. Intinya  menyorot ketidakmampuan aparat penegak hukum setempat dalam menuntaskan sejumlah kasus dugaan korupsi yang melibatkan beberapa oknum pejabat setempat.  Ketua Umum PC IMM Abdya, Julida Fisma, turut menyampaikan orasi.

Setelah orasi, Koordinator Aksi, Zulfahmizar membacakan pernyataan sikap PC IMM Abdya yang diberi judul “Selamatkan Abdya, Tuntaskan Kasus Korupsi”.  Ada empat poin penting pernyataan sikap IMM untuk merespons kondisi Abdya.

Senin, 12 November 2012

BUPATI ACEH BARAT DAYA MERESMIKAN LAB BAHASA DAN PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN LAB TERPADU STKIP MUHAMMADIYAH

.Blangpidie: Bupati Aceh Barat Daya Ir Jufri Hasanuddin MM, hadiri acara peresmian laboratorium Bahasa dan peletakan batu pertama pembangunan laboratorium terpadu STKIP Muhammadiyah di komplek kampus STKIP Muhammadiyah Padang Meurante Kecamatan Susoh Rabu (7/11).
Forum Ini daihadiri oleh  Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Barat Daya, Ketua STKIP Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya, Hj. Liswarni ( Anggota DPRA ), Kodim O107 Aceh Barat Daya, Kapolres Aceh Barat Daya, Kajari Aceh Barat Daya, MPU Aceh Barat Daya dan sejumlah dosen serta mahasiswa STKIP Muhammadiyah.
Ketua Panitia Afdhal Jihad, S.Ag.MPd dalam laporannya mengatakan, STKIP Muhammadiyah dalam penerimaan mahasiswanya tidak hanya untuk kalangan Muhammadiyah saja tetapi juga untuk seluruh anak negeri. ”STKIP Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya hingga saat ini terus memfokuskan diri pada peningkatan karakteristik mahasiswa yang harmonis dan islami,” imbuhnya.
Peresmian laboratorium Bahasa dan pelatakaan batu pertama pembangunan laboratorium terpadu STKIP Muhammadiyah merupakan bantuan aspirasi anggota DPRA Aceh Hj. Liswarni dari Partai Amanat Nasional (PAN),”Walau selama ini pemerintah daerah sangat kurang memberikan perhatiaannya, namun STKIP Muhammadiyah mampu berdiri dan mandiri,” pungkasnya.
Bupati Aceh Barat Daya Ir Jufri Hasanuddin dalam arahannya tidak menapik kurangnya perhatian Pemkab selama ini, namun kedepan Bupati mengatakan Pemkab akan membantu setiap proses di STKIP Muhammadiyah. ”Pada tahun 2013 ini Insyah Allah Pemkab Aceh Barat Daya akan memberikan bantun 2 miliar untuk pembangunan STKIP Muhammadiyah,” imbuh Bupati
Bupati mengatakan, adanya STKIP Muhammadiyah diharapkan Aceh Barat Daya mampu melahirkan putra-putri berwawasan luas dan mandiri. ”STKIP Muhammadiyah harus mampu meningkatkan kwalitas dan kuantitasnya sehingga Aceh Barat Daya dapat melahirkan putra-putri yang dapat memajukan daerah,” katanya.

 

Minggu, 14 Oktober 2012

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DASAR SISWA MAS KUALA BATEE


.

Sebanyak 40 peserta dari siswa-siswi MAS Kuala batee mengikuti pelatihan Kepemimpinan Dasar  yang dilaksanakan oleh OSIM MAS Kuala batee Bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh Barat Daya. Pelatihan ini dilaksanakan bertujuan untuk membentuk karakter siswa siswi seperti yang dipaparkan oleh Hj.Rosnani Adam DA selaku pengawas pendidikan kementerian Agama Islam Kabupaten Aceh Barat Daya pada saat pembukaan acara tersebut di aula MAS Kuala batee.
Juga disampaikan oleh Syahrul Ramadhan,S.Pd.I selaku wakil kepala Madrasah sekaligus Pembina OSIM MAS Kuala Batee, beliau juga menyampaikan agar acara tersebut terlaksana dengan sukses serta menyerahkan seluruh peserta kepada Instruktur dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Aceh barat Daya.
Pelatihan kepemimpinan dilaksanakan sehari semalam pada tanggal 13-14 oktober 2012 di aula mas kuala batee dengan tema “Bina Akhlak dan  Intelektual wujudkan prestasi anak didik” kegiatan ini juga di isi beberapa materi mengenai peran siswa dalam masyarakat,akhlakul karimah ,job description,penyusunan laporan serta materi kepemimpinan.
Kegiatan ini di akhiri dengan mengikuti renungan suci bagi seluruh peserta.( Immawan Martunis )


Kamis, 11 Oktober 2012

KUTIPAN KATA-KATA BIJAK KETUM IMM ACEH BARAT DAYA

 OLEH : JULIDA FISMA
KETUA UMUM PC IMM ACEH BARAT DAYA

1.Jika ke egoan sudah meliliti hati seorang Pemimpin, Maka, kehacuran Hanya menunggu hitungan detik saja. (Julida Fisma).
2.Pemimipin yang bijak bukan hanya mengakomodir semua masukan, akan tetapi mampu menyatukan perbedaan kepentingan yang layak untuk di putuskan. (Julida Fisma).
3.Keutamaan hidup, bukan bagaimana kita mampu merangkul,mengajak, memfitnah dan mengadu domba orang lain, Akan tetapi, ke utamaan hidup adalah bagaimana kita mampu untuk saling sehat menasehati demi sebuah kebenaran. (Julida Fisma)
4. Menepati Janji Lebih Baik Dari Jutaan Alasan. (Julida Fisma)
5. Berpikir sedetik untuk melangkah, tidak menyebabkan anda akan rugi. Melangkah tanpa berpikir bisa jadi menuai harapan yang tak pasti. (Julida Fisma).
6. Mengakui Kesalahan dan berjabat tangan untuk sebuah perbaikan, akan lebih bermakna dari memelihara sifat ke egoan, karena ego berlebihan berdampak pada diri dan orang lain. (Julida Fisma)    
 

Rabu, 10 Oktober 2012

KASIH TERSELIMUTI

Oleh : Julida Fisma
Ketua Umum PC IMM Aceh Barat Daya

Setiap pemimpin tentu ada masanya, setiap masa tentu akan berakhir, ungkapan sederhana, namun mengandung ribuan makna, lalu apa kaitannya dengan kasih terselimuti? Jawabannya ada ,akan tetapi punya siratan dan kiasan makna tersendiri. Kasih disini merupakan wujud perbuatan yang di berikan secara sengaja untuk sebuah harapan baru dan nyata, tetapi sering di baluti oleh sejuta kepentingan-kepentingan yang tidak pasti, kasih terselimuti bisa di kolerasikan dengan kepentingan apa saja, Dari mulai kepantingan pribadi, golongan, kelompok dan lain sebagainya.
Sebuah contoh sederhana, menjelang Musyawah Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Kabupaten yang berjulukan Negeri Breuh Sigupai yang hanya tingga hitungan hari lagi menjadi momen yang “suci” untuk transpormasi kader dalam menyambung estapet kepemimpinan. Tentunya di sini akan adanya sebuah arena tempat Kontestan-kontestan berkompetisi secara sehat tanpa ada cara-cara anti demokrasi, (kita harapkan seperti itu), mereka yang bersaing adalah kader-kader yang berdedikasi tinggi yang diawali oleh proses-proses dan berakhir dengan pemberian mandat oleh Ikatan untuk menjalankan roda Organisasi.
Contoh sederhana di atas adalah sebuah momen, bagi orang-orang yang punya kepentingan, baik sesaat, maupun seterusnya, bersifat pribadi, kelompok dan sebagainya esensialnya tetap pada koridor awalnya itu KEPENTINGAN, namun perlu digaris bawahi bukan kepentingan kalayak banyak sekalipun kata kepentingan kalayak banyak itu juga diselimuti. Kita kembali ke pokok persoalan terkait dengan Judul KASIH TERSELIMUTI.
Disini akan hadir oknum,tokoh-tokoh,senior-senior dan Kanda-kanda yang seolah-olah menjadi juru penyelamat bagi Ikatan dimaksud, namanya juga sesepuh, tentu retorikanya bisa mematahkan setiap sudut pandang orang lain sekalipun rasional. Disitu sang TOKOH akan menebarkan angin segar yang mampu menina bobokkan segenap bawahan or juniornya yang masih mempunya pengalaman organisasi dangkal, kalau dalam bahasa ENGLISHnya “ DI PEUBODOH-BODOH” alias di pengeut, saya tidak mengatakan itu benar tapi begitu adanya.
Untaian kata MENYELAMATKAN, SAYANG terhadap oragnisasi gencar di alamatkan dan di bicarakan disaat berinteraksi dengan sejumlah kader-kadernya, kata “ menyelamatkan, sayang, bisa di artikan sebagai Sebuah “KASIH” atau “KEPEDULIAN” atau “RASA CINTA “ yang cukup mendalam terhadap organisasi. Bermodalkan kata-kata dan sikap “sok suci” tersebut akan menghasilkan puluhan pengikut, wow liciknya. Secara tidak langsung di arena musyab akan biasa mengakomodri kepentingannya dengan menitipkan orang-orangnya di Struktural nantinya, sebagai bentuk kepedulian”mereka” untuk menyelamatkan organisasi dari tangan-tangan orang yang menurut mereka tidak layak memimpin roda organisasi tepatnya orang nomor satu dalam Ikatan, berpijak pada Analisis Swot keliru persi mereka.
Disini kita akan ada sebuah PERBEDAAN dan perbedaan ini harus benar –benar cermat dinilai dan diteliti, saya yakin hanya orang-orang yang berdedikasi tinggi yang mampu mencermati secara bijak perbedaan ini, Kita coba bandingkan Yang mana sebenarya oknum Tokoh, senior, dan kanda kanda yang benar-benar loyal terhadap organisasi dan Tokoh,senior, kanda yang bermulut dan bersikap manis saja padahal mempunyai sejuta kepentingan.
KITA BUKTIKAN :
Oknum Senior, Tokoh, dan Kanda yang mengatakan sayang, cinta dan loyal terhadap oragnisasi yang bermain di belakang layar dan menitipkan orang –orangnya dalam structural formatur atas nama PENYELAMATAN Organisasi, apakah orang –orang ini yang benar benar loyal terhadap organisasi????
Atau ada Oknum Senior, tokoh dan Kanda yang hanya memperhatikan dari luar saja tanpa bermain dan meng interpensi juniornya???
Tentu jawabannya ada pada diri kita masing-masing, akan tetapi bagi saya, Senior, Kanda dan tokoh yang bermain di Arena musyab sekalipun itu meng atas namakan PENYELAMATAN itu adalah Senior, Kanda dan tokoh yang menghacurkan organisasi, dan melecehkan uniform ikatan dan itulah orang-orang yang dimaksud dengan KASIH TERSELIMUTI. Percaya atau tidak tergantung pada prinsip masing-masing.
Saya berharap kepada senior, tokoh dan kanda untuk tidak mempraktekkan KASIH TERSELIMUTI di arena Musyab nantinya, Biarkan kebebasan berdemokrasi secara sehat sesuai dengan keinginan mereka tanpa sedikitpun adanya interpensi, jika ingin Organisasi or Iktan ini jaya dan bermartabat untuk yang akan datang, dan saya cukup yakin jika para senior, kanda dan tokoh sepakat dengan karya kecil ini.
Kebebasan demokrasi beda dengan demokrasi interpensi, saya juga percaya bahwa peserta musyab punya niat baik untuk melaksanakan proses selektif tanpa adanya interpensi sedikitpun.

Bilahifisabilihaq Fastabikhul Khairat

Selasa, 18 September 2012

RELIGIUS, INTELEKTUAL DAN HUMANIS

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi gerakan mahasiswa sekaligus organisasi otonom Muhammadiyah.  Dalam sejarah pendiriannya, ada dua alasan dominan IMM dibentuk.  Pertama sebagai respon dan wadah perjuangan bagi mahasiswa Muhammadiyah atas persoalan bangsa yang dilanda kemelut politik, krisis sosial yang merembet pada krisis keamanan dan ekonomi pada tahun 60-an.  Dan akhirnya, direstui oleh Presiden Soekarno dalam tulisan tangan, ”Saya beri restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah” tertanggal 14 Maret 1964.  Kedua, alasan internal yakni kebutuhan Muhammadiyah untuk melakukan pengkaderan di tingkat universitas bagi para akademis muslim, sebagaimana yang dicita-citakan oleh KHA Dahlan : ”Muhammadiyah sekarang lain dengan Muhammadiyah yang akan datang, maka teruslah kamu bersekolah menuntut ilmu pengatahuan dimana saja, jadilah dokter, jadilah master, insinyur dan lain-lain, namun kembalilah ke-Muhammadiyah.” Disamping sebagai kader persyarikatan, IMM juga merupakan kader umat dan kader bangsa.

Trikompetensi gerakan IMM yang meliputi spiritualitas, intelektualitas, dan humanitas/kerakyatan merupakan satu kesatuan yang utuh (manunggal) tak terpisahkan, terinternalisasi dalam setiap pribadi kader IMM sebagai citra diri yang menuntut kepekaan terhadap perubahan dan berani melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum ”mustadl’afin” (tertindas).  Tiga pilar ini senantiasa menghadirkan kecerdasan aksional (panggilan) melakukan kesalehan sosial, memperjuangkan keadilan dan tidak terkontaminasi oleh pembusukan moral.  Kader-kader IMM tidak termasuk dalam daftar organisasi atau perorangan pengeruk kekayaan rakyat atau jaringan gerakan separatisme dan terorisme.

Peran mahasiswa hampir di seluruh daratan dunia selalu menunjukkan kepedulian terhadap kebijakan-kebijakan elit (kampus, instansi dan negara) yang berpengaruh langsung terhadap kepentingan masyarakat.  Mahasiswa selalu berada di garda terdepan jika dalam kebijakan-kebijakan yang dihasilkan elite telah menimbulkan ketimpangan.  Perjalanan panjang sebuah organisasi akan dibuktikan apa yang ia telah kerjakan dan apa pula yang telah dilahirkan didalam mengemban amanah ikatan melalui program kerja yang menyentuh pada konsep dan arah gerakan organisasi. 

Realitas negeri ini menunjukkan rapuhnya sendi-sendi kebangsaan, seperti suburnya korupsi dan penggusuran, kemelut politik yang tak kunjung usai, terjualnya aset-aset kerakyatan, hutan diganti lahan kering, sawah diganti pabrik, sungai menjadi tong sampah, ancaman disintegrasi, miras-narkoba dan free sex mengganti peran agama, jumlah pengangguran dan anak jalanan meningkat tajam, penjualan anak dan perempuan kian marak, LSM menjual data potensi negeri kepada pihak asing, media massa lebih menjadi alat propaganda ketimbang menjadi pengungkap fakta, tampilnya orang terlalu kaya di negeri miskin, lebih mencintai produk asing ketimbang produk berlebel lokal, lahirnya generasi tanpa kepedulian, sulitnya hidup di negeri sendiri, dan hilangnya kebanggaan menjadi bagian dari bangsa Indonesia.  Sementara, tantangan globalisasi dengan ancaman kapitalisme dan imprealisme hampir tak mampu dihindarkan, kondisi ini pada titik tertentu akan menghancur leburkan bangunan Indonesia, dan bukannya tidak mungkin menghapus Indonesia dari peta dunia.

Bagi IMM kondisi tersebut, tidak boleh berlarut-larut dibiarkan, Komitmen yang dibangun adalah kader IMM harus tampil sebagai kreator dan penggerak kemajuan agama dan pembangunan di seluruh sektor kehidupan bangsa, yang juga harus bebas dari kontaminasi  pembusukan moral bangsa.


Muktamar XV IMM : Membangun Peradaban Progresif Ikatan

 Oleh : Mora Harahap, S.Pd 

 Untuk kedua kalinya Sumatera Utara menjadi tuan rumah penyelanggaraan Muktamar IMM. Setelah tahun 1997 yang masih kita kenang sebagai Muktamar air mata dan sampai saat ini dokumentasinya masih tersimpan rapi di situs internet. Perhelatan akbar dua tahun sekali ini tidak saja sebagai sarana demokrasi memilih pimpinan tetapi juga merupakan sarana silaturahmi yang strategis dalam menuangkan ide-ide cemerlang untuk perbaikan ikatan menuju perubahan bangsa yang semakin cerah nantinya.
            Muktamar yang mengambil tema ”Kristalisasi Gerakan Kaum Muda Untuk Indonesia Bangkit” menjadi sangat penting bagi ribuan kader IMM yang datang ke kota medan hanya untuk menyaksikan organisasi yang mereka cintai ini terus berkiprah menjadi oase ditengah-tengah kekeringan identitas bangsa, ketidakadilan sosial, dan krisis multidimensi yang mencengkram suluruh lapisan bangsa ini. Maka tidak berlebihan jika kita masih yakin bahwa IMM salah satu organisasi kemahasiswaan yang masih menjaga idealisme gerakan itu. Karena hari ini hanya idealisme itu yang mahal di negeri ini.
            Berbicara kaum muda tentu tidak terlepas dari momentun perubahan yang senantiasa digagas oleh para pemuda khususnya mahasiswa. Gerakan kritik vertikal-horizontal  (terhadap pemerintah dan parlemen) dan moral-intelektual (kaderisasi dan demokratisasi kampus) menjadi hal yang wajar untuk terus dilakukan. Paradigma baru tersebut adalah eksistensi gerakan dakwah dan ilmiah merajut intertekstualitas wacana dan realitas konstetktual masyarakat. Dalam buku “Grassroots Resistance : Social Movement on XX Century America” menjelaskan kepada kita sebuah pengalaman dari gerakan mahasiswa, kaum pekerja, dan parpol di Amerika pada abad XX yang mengembangkan wahana sistem analisis dan gerakan sosial. Wahana sistem analisis merupakan gerakan untuk mengisi stock of knowledge.  Sebuah gerakan sistematis mendiskusikan materi-materi realitas sosial-ekonomi-politik secara kritis. Sedangkan gerakan soial merupakan lahan apresiasi wacana tentang realitas social-ekonomi-politik yang telah dikerjakan.
            Peradaban Progresif
Peradaban (civilization) meinjam istilah Raymon Williams meupakan suatu kondisi dari kehidupan sosial masyarakat yang organik. Ciri khasnya adalah profesional, concern terhadapap pembagian kerja, serta taat hukum. Berbeda dengan masyarakat barbar yang mekanik bercirikan sebaliknya. Jika kita melihat konstruksi peradaban yang berbasis pada tradisi islam maka kita akan menemukan masyarakat madani yang pernah ditorehkan Rasulullah. Maka peradaban progresif yang dimaksd disini adalah masyarakat yang secara nilai dan praksis memanifestasikan keadilan, toleransi, terbuka, dan siap menjalin hubungan dengan siapa saja untuk membangun harkat dan martabat manusia.
Persolannya adalah mampukan IMM mebangun perdaban progresif tersebut? Jika kita memakai analis SWOT untuk menjawab pertanyaan tersebut sungguh IMM memilik potensi yang sangat besar dalam membangun peradaban progrsif tersbut. Kekuatan IMM saat ini sudah sampai ke seluruh penjuru tanah air dengan sumber daya manusia yang beragam rasanya menjadi sangat penting untuk diberdayakan secaa optimal. Jika pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan pernah berpesan jadilah insinyur, master, dan doktor tapi kembalilah ke Muhammadiyah. Maka tidak salah juga kalau IMM melakukan maping para kader-kader dan alumninya untuk bisa diberdayakan dalam penguatan peran civil society. Kelemahan kita hari ini adalah masih sering terjebak pada isu-isu yang lahir dari penguasa, bukan muncul dari kita sendiri. Pada level kaderisasi kita masih sering bingung menterjemahkan identitas IMM yang sesungguhnya. Padahal bagi saya sebuah organisasi sekaliber IMM merupakan gerakan dengan membawa identitas intelektual yang jelas,
Oleh karenanya, kesempatan berharga kita adalah muktamar kali ini. Menjelang setengah abad IMM ini harus lahir komitmen ikatan yang tinggi membangun peradaban progresif. Ancaman kedepan yang harus kita hadapi adalah salah dalam menyusun agenda-agenda perubahan yang sistematis. Sehingga pada level pusat kita terkesan hanya melahirkan agenda persiapan suksesi pimpinan ke pimpinan berikutnya dalam forum muktamar. Karena waktu yang sedikit itu tidak mampu dioptimalkan untuk merancang agenda-agenda yang berkelanjutan, terarah dan terukur.
            Secara intitusi IMM harus memandang realistis karena untuk mewujudkan itu tidak bisa bekerja sendiri. Jaringan merupakan wahana bagi siapapun kader IMM yang bervisi sama untuk membangun prisnsip demokrasi, keadilan , dan kesejahteraan. Tentu tidak dengan menggunakan logika perbedaan agama, perbedaan etnis. Melainkan pilihan untuk bersama-sama kampanye isu strategis yang digagas sendiri oleh IMM. Ikatan ini harus mampu menembus dinding tebal institusi-institusi negera untuk bekerjasama menciptakan program-program yang mampu mengangkat harkat dan martabat umat manusia. Tentu IMM harus mampu menempatkan posisinya kapan untuk bekerjasama dengan pemerintah dan kapan IMM berdiri tegak angkat bendera melawan kegagalan pemerintah mengelolah bangsa ini.
            Di tengah fajar harapan baru yang akan terbit, kini saatnya IMM bisa membangkitkan bangsa ini melalui : Pertama, concern terhadap isu-isu spesifik, seperti HAM, dialog lintas agama. Kedua, selalu kritis dalam membaca kebijakan publik yang dilahirkan oleh negara. Ketiga, tetap melakukan rekayasa sosial untuk perubahan. Keempat, membangun persenyawaan dengan lembaga negara yang bisa menerima dan menterjemahkan aspirasi masyarakat. Kelima, mendorong seluruh kalangan mahasiswa untuk mau diajak berpartisipasi sebagai preasure group dan lerning circle dalam membangun bangsa. Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqulkhairat. (Penulis adalah pengurus harian DPP IMM)

STRATEGI TERAPI IDIOLOGIS DI LINGKUNGAN PTM UPAYA MENEGASKAN PERAN DAN KONTRIBUSI IMM SEBAGAI KADER PERSYARIKATAN UMAT, BANGSA DAN NEGARA



Oleh : Yanto Sagarino Samawa

Semenjak Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta satu abad dengan tema gerak melintasi zaman : dakwah dan tajdid membentuk peradaban utama dan muktamar di malang juga mengambil tema peneguhan idiologi untuk pencerahan bangsa. Kedua tema ini tema ini merupakan sebuah bahasa yang sangat kuat dalam batin kita, setiap mendengar kata pencerahan dan peradaban utama, disitulah mengingat akan eksistensi Muhammadiyah. Kedua bahasa dan anak kalimat tersebut terkadang membuat kita bahagia, oleh karena orang besar layaknya seorang pimpinan yang menentukan arahnya Muhammadiyah kedepannya. Mereka merumuskannya dan memikirkan kemaslahatan Muhammadiyah dalam arus globalisasi dan ekspansi pertandingan sebuah rezim. Begitu juga sebaliknya, kalau sebelumnya kita gembira dengan gerakan idiologis Muhammadiyah dari apa yang dirumuskannya, tetapi tidak pernah kelihatan hasilnya untuk melakukan peneguhan idiologi, bahkan banyak di amal usaha para kader Muhammadiyah yang cenderung progresif menjadi melemah, kader yang benar-benar mau berjuang di Muhammadiyah—terkadang menjadi amukan sebuah sikap dari kader yang lain, mungkin karena kader tersebut terlalu kritis dengan berbagai kesalahan yang ada di Muhammadiyah. Dan kebanyakan di Muhammadiyah maupun di ORTOM sendiri terkadang orang kreatif menulis dan hobi dalam gerakan keilmuan itu di buang jauh-jauh, sehingga berakibat pada matinya khazanah intelektual Muhammadiyah itu sendiri, dan sekarang pun bingung mau kita cari kemana kader-kader yang senang bergelut dalam dunia keilmuan.
Kembali pada tema awal, KH.  Ahmad Dahlan berpesan kepada semua kadernya sebelum beliau meninggalkan kita semua, beliau mengatakan; ”jangan sekali-kali menduakan Muhammadiyah—karena Muhammadiyah terlalu besar buat kalian”, Mengurus Muhammadiyah ini sangatlah susah—sebesar dan sekecil apapun, kalau orang yang mengurusnya tidak ihklas dan tak mau beramal, Mengurus Muhammadiyah ini sangat nyaman dan enak—apabila yang mengurusnya mau menuntun diri dalam keikhlasan dan beramal untuk dunia akherat. KH.  Ahmad Dahlan meninggalkan amal usaha Muhammadiyah bukanlah semata-mata untuk membiayai semua orang yang mengurusnya, akan tetapi Ahmad Dahlan justru berharap dengan amal usaha itulah warga Muhammadiyah bisa bekerja dengan istiqomah dan membesarkan Muhammadiyah, agar dapat mencapai cita-cita dan tujuannya yakni menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Kalau sekarang ini berbicara tentang masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, tentu banyak sekali hal-hal yang perlu kita refleksikan semua, mengingat Muhammadiyah sekarang seperti gajah yang tak mampu bergerak, jangankan mau bergerak menjadi payung gerakan dakwah umatpun belum bisa maksimal, terkadang molotop kemana-mana—arahnya ngelantur. Problem inilah harus segera di pahami dan di perbaiki, karena kondisi sekarang ini sudah semakin membesar dan merambah keakar, jantung dan uluh hati para kader Muhammadiyah. Apalagi dalam konteks idiologi Muhammadiyah belumlah jelas, mengapa bisa terjadi seperti itu. Mungkin faktor pertama kita ungkapkan adalah pertama; malasnya orang Muhammadiyah mempelajari buku panduan bermuhammadiyah, kedua; adanya pereduksian idiologis dari pemahaman lain kedalam kepribadian kader Muhammadiyah; ketiga; Kebanyakan kader Muhammadiyah sudah keluar dari habitat berfikirnya Muhammadiyah baik dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga dan sanak familinya maupun dalam berdakwah; keempat; seringkali para pimpinan Muhammadiyah seperti warga NU yang sering main fatwa tanpa menanyakan yang bersangkutan mengapa masuk keorganisasi lainnya. Kelima; Dakwah Muhammadiyah tidak terintegrasi kedalam kepribadian kader Muhammadiyah, sehingga membuat dakwah Muhammadiyah di pandang sebelah mata oleh semua orang, karena memang di kader Muhammadiyah sendiri tidak ada konsistensi secara idiologis dalam beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Keenam; Muhammadiyah hanya mampu membangun sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan panti asuhan, tetapi didalamnya tidak tersentralisasi gerakan dakwah dan idiologi Muhammadiyah sehingga terjadi sebuah proyek kepentingan yang lebih besar dan tidak terkontrol oleh semua pimpinan persyarikatan Muhammadiyah itu sendiri.
Dengan demikian berbagai problem yang melanda identitas dan karakter bermuhammadiyah baik dari  dalam maupun luarnya. Problem-problem seperti ini tidak harus di sembunyikan dan tersendar-sendar untuk di selesaikan, harus dengan segera melakukan reviralisasi dan peneguhan kembali ide dan gagasan bermuhammadiyah, agar kita dapat mengembalikan habitat Muhammadiyah seperti generasi awal yang memiliki konsistensi dalam mengurus Muhammadiyah tanpa harus ada kepentingan. Kalau kita semakin memperkuat hati dan gagasan kita sendiri dalam kepentingan pribadi, maka kita sebenarnya menjadi kader Muhammadiyah yang tolol dan tak mau memberikan sinar kedamaian akan kebesaran panji Islam Muhammadiyah itu sendiri. Tentu Kita semua, baik yang menjadi pimpinan tigabelas Muhammadiyah maupun pimpinan amal usaha harus mulai dari sekarang mempersiapkan diri dengan karakter dan identitas keislaman yang mampu memberikan solusi kepada seluruh komponen umat Islam. Oleh karena sekarang ini berbicara umat Islam, sungguh sangat memprihatinkan baik dari idiologi keislamannya maupun pemahaman tentang Islam itu sendiri sungguh minim dan ini juga merupakan sebuah tanggungjawab bersama dalam mengatasinya. Mengatasi hal seperti ini tidaklah mudah dan membutuhkan komitmen bersama untuk meningkatkan pola gerak maju kita dalam memantapkan gerakan dakwah amar ma’ruf dan nahi mungkar Muhammadiyah. Dengan segala kelemahan yang ada dalam Muhammadiyah untuk menjangkau dan memenuhi kebutuhan spiritual umat Islam dalam berbagai aspek, porsentase umat Islam sekarang ini masih sangat tinggi terhitung 88,22%.
Sekarang ini masalah yang harus dicemaskan bagi seluruh warga Muhammadiyah adalah bila mana kualitas kita sebagai warga Muhammadiyah sangat mengalami kekurangan dalam hal idiologi dan paham Islam Muhammadiyahnya dan itu kita alami secara keseluruhan sehingga kualitas tersebut masih di bawah standar. Ini juga merupakan akibat tertinggalnya pemaknaan gerakan Ilmu dan pembaharuan manhaj Muhammadiyah, sehingga tak ayal lagi, kebodohan dan keterbelakangan dalam pemikiran dakwahnya pun yang dialami oleh kader Muhammadiyah menjadi penyebab utama kemiskinan kader dan krisis otak pikir umat Muhammadiyah.
Jadi sekarang ini pekerjaan yang paling berat dan terbesar umat Muhammadiyah adalah mengembalikan khasanah keilmuan Islam dan budaya pemikiran sebagai pondasi penopang dakwah Muhammadiyah di masa kini dan masa akan datang. Selain itu juga Muhammadiyah harus mampu mengembalikan habitat idiologis para kader oleh karena sekarang hampir di seluruh daerah mengalami kemacetan dan tersumbatnya idiologi Muhammadiyahnya sehingga arah dakwah tidak mencapai sasaran dan tidak terpenuhi apa yang menjadi harapan para masyarakat kita di kelas bawah. Maka oleh karena itu, sangat di perlukan bentuk peneguhan jati diri dan karakter identitas bermuhammadiyah melalui tahapan tersebut. Begitu juga dengan proses bermuhammadiyah di PTM harus bisa memaksimalkan niat yang tulus dan istiqomah sehingga aktivitas kita dalam mengurus Muhammadiyah ini ada terintegrasi sebuah nilai yang lebih dan kita jadikan amal dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi mungkin sangat sulit merubah secara total layaknya revolusi karena menganggap semua apa yang saya sebutkan diatas tadi adalah sebuah sikap intervensi untuk Me-muhammadiyah-kan orang Muhammadiyah. Bagi saya meskipun itu sulit dan susah, maka harus ada pemaksaan baik secara individu maupun kolektif untuk memaham idiologi Muhammadiyah secara keseluruhan sebagai sebuah perangkat nilai dalam beraktivitas dengan tujuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang ini yang terpenting dalam mengurus Muhammadiyah adalkah menunjukkan sikap terbaik, tentu dengan kesadaran yang dilandasi dengan tauhid, iqra, majelis dan harakah fil Islam. Apabila dalam pelaksanaan kehiatan apapun di Muhammadiyah dengan bentuk aksentuasi kesadaran seperti ini maka unsya Allah Muhammadiyah akan menjadi sebuah mesin dakwah yang vioner tanpa bisa di intervensi oleh berbagai pihak luar dan sudah saatmya Muhammadiyah mulai menentukan sikap istiqomah berdasarkan militansi intelektualnya dengan memperkuat jati diri dan identitas Ke-muhammadiyahan-nya.

Gurita Amar Mungkar di PTM
Mari kita pikirkan secara bersama bagaimana mengislamkan dan memuhammadiyahkan seluruh mahasiswa dan dosen di setiap PTM di seluruh nusantara ini. Kita mengetahui dari hal terkecil sampai hal terbesar yang terjadi di PTM, dari pembohongan administrasi, laporan keuangan dan proses pencarian proyek yang fiktif selalu saja terjadi. apakah ini proses bermuhammadiyah dengan baik ? wallahualam kami tidak tau, akan tetapi mari kita belajar dari setiap pengalaman yang ada, mungkin ni adalah sebuah kesalahan yang telah mengurita semenjak kita berproses dalam kelemahan. Berkembangnya pragmatisme dengan menempatkan perjuangan Muhammadiyah di nomorduakan, maka hal ini sudah mengalahkan nilai dakwah Muhammadiyah di tengah kampus sebagai basis pencerahan masyarakat. Dengan menganggap kerja-kerja dakwah Muhammadiyah tidak konsisten lagi, maka konsekwensi yang mereka ambil adalah hanya menjadikan PTM sebagai tempat pencarian nafkah semata. Pandangan tersebut bukanlah sebagai sikap negatif dan antipati terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah, namun kita tentu harus berusaha menghidupkan Muhammadiyah dengan hati nurani yang tulus. jangan sampai kita membebani dakwah Muhammadiyah dengan sesuatu nilai yang tak berharga sama sekali sehingga bisa menyebabkan potensi dakwah di PTM sendiri kehilangaan arah dan sasarannya. Disinilah menjaga keseimbangan dan merenungkan secara mendalam mengenai konsepsi dakwah di PTM. Cobalah kita bayangkan seandainya seluruh PTM se-Nusantara ini menjaga keseimbangan dakwah maka Muhammadiyah tidak akan kehilangan arah. Gagasan dakwah dalam internal PTM sangat mudah, yang terpenting komitmen untuk melaksanakan itu semua bisa kita handalkan.
Penomena yang terpenting harus di soroti sekarang ini dalam PTM adalah menguritanya aktivitas kampus Muhammadiyah yang tidak karuan dan tidak jelas. Sehingga pengembangan lingkungan PTM jauh dari faktor Islam. Pandangan akan faktor Islam inilah menjadi pokok pembicaraan kita bersama di internal PTM yang belum tuntas baik dalam memahami Islam maupun nilai Muhammadiyahnya. Kita lihat saja bebasnya kampus IAIN tidak sebebas PTM, dengan ranah lingkungan yang bebas inilah segala potensi paham di luar idiologi Muhammadiyah menjadi semakin berkembang. Pada tahun 2005-2008 bahkan sekarang di Universitas Muhammadiyah Mataram, kita telah saksikan sebuah drama sejarah tentang pergulatan mahasiswa dalam mempertahankan idiologi Muhammadiyah di satu sisi (katakan saja IMM) dan dipihak lain berusaha masuk melalui berbagai lembaga elemen mahasiswa (katakan saja elemen kiri). Namun anehnya terkadang banyak pimpinan PTM yang membela elemen kiri untuk eksis, orang yang membela tersebut katakanlah orang yang tak pernah dikader melalui ORTOM dia hanya masuk ke-Amal Usaha Muhammadiyah hanya dengan modal mengurus NBM dan mereka ini pun direkomendasikan jadi pimpinan. Inikan letak kesalahannya di pimpinan persyarikatan dengan berbagai kepentingannya atau gagalnya pimpian persyarikatan menanamkan paham Muhammadiyah pada orang seperti itu. Dari sinilah kelihatan geliatnya bagi kader-kader IMM untuk melawan intervensi idiologi kekirian tersebut di dalam PTM. Namun dalam perlawanan tersebut terkadang semangat kader IMM melemah, oleh karena dari rektor hingga pimpinan dan dosen tidak memiliki karakter dan ketegasan dalam idiologi Muhammadiyah. Sehingga lawan-lawan IMM kadang gusar sambil mengatakan ”kita capai melawan mereka toh orang besar di Muhammadiyah ini dari PPM hingga PDM tidak konsisten terhadap perjuangan Muhammadiyah dan tidak mau memperhatikan perjuangan kita bersama”.
Bagi penulis yang sudah merasakan perjuangan tersebut, tentu merasa prihatin terhadap kondisi terbaru Muhammadiyah, bagaimana mau melanjutkan risalah kenabian kalau semua yang bertolak belakang dengan kita masih kuat dalam mengintervensi idiologi Muhammadiyah, itu masih dalam ruang lingkup gerakan mahasiswa, namun bagaimana kalau sikap dan idiologi berlawanan itu terjadi ditingkat negara dan bangsa ini. wallahualam bissawab.
Yang terpenting untuk menanam idiologi Muhammadiyah sekarang ini harus mengunakan logika hukum persyarikatan yang harus ditaati bersama. namun sebelum itu penulis ingin menyoroti beberapa persoalan yang berhubungan dengan paham yang berkembang d PTM. Selama ini kita mengenal statuta Perguruan Tinggi Muhammadiyah, disana menjelaskan tentang organisasi yang hanya boleh ada di PTM adalah IMM dan Senat Mahasiswa. Akan tetapi mengapa di PTM selama ini maraknya organisasi mahasiswa yang bersifat ekstra dan intra. Katakan saja kalau yang ekstra itu ada HMI dan mereka ini sangat besar basisnya daripada basis IMM. Mungkin logikanya karena rektornya orang HMI atau dekannya HMI juga sehingga mereka memiliki bargaining yang dilindungi oleh rektor dan dekannya. Selain itu juga sekarang ini sedang maraknya organisasi ekstra lainnya memasang bendera dan mendirikan komisariat maupun mengunakan fasilitas kampus tanpa memperhatikan kaidah yang ada. Kemudian kalau intra kampus, kita ketahui bersama bagaimana maraknya Unit Kegiatan Mahasiswa dari yang sekuler sampai ke liberal. Biasanya mereka ini banyak mendapat sokongan dana dari PTM dan yang aktif di UKM ini kebanyakan mendapat dana tetapi kegiatannya tidak direalisasikan kemudian LPJnya pun di palsukan, padahal kalau kita pikir sungguh minim bahkan bisa di bilang tidak ada kontribusi ke Muhammadiyah, yang dimaksud dengan kontribusi adalah mereka kebanyakan tidak paham dengan Muhammadiyah apalagi mau mempelajarinya atau berpartisipasi dalam dakwah Muhammadiyah. Lebih parah lagi, banyak pimpinan PTM yang menganggap IMM tidak kreatif, mungkin pandangan ini mereka gunakan sebagai tameng untuk mengkritisi IMM, oleh karena kader IMM tidak kenal kompromi apabila ada pimpinan PTM yang membuat kesalahan atau korupsi uang PTM. Belum lagi masalah dosen yang kualifikasi Strata Satu yang mengajar S1 juga, selain itu juga banyak diantara dosen yang saling memfitnah untuk mencari posisi jabatan pimpinan PTM. Semua masalah ini tentu menjadi pekerjaan rumah seluruh kader Muhammadiyah untuk mengembalikan khasanah bermuhammadiyah dengan baik dan melakukan proses penanaman idiologi dengan bak dan benar pula.

Strategi Terapi Idiologi Di PTM
Dari berbagai macam persoalan diatas, maka untuk mengintegrasikan sebuah pemaknaan idiologi secara total dan keseluruhan sebagai bentuk pandangan yang menyeluruh dan sistematis dalam kehidupan persyarikatan serta dapat menjadi basis dakwah Muhammadiyah yang nantinya dapat di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Maka oleh karena itu, usulan penulis ini sebagai sebuah strategi terapi idiologi Muhammadiyah di PTM, adalah sebagai berikut :
1. Transpormasi kader ke ranah AUM secara efektif dan simultan yang ditandai dengan kartu identitas ORTOM atau Muhammadiyahnya
2. Mengurus kartu Muhammadiyah harus memiliki syarat yang ketat dan tidak mudah di bohongi.
3. menginterasikan pola dakwah Muhammadiyah ke PTM dengan metode dan strateginya melalui mata kuliah Al Islam Kemuhammadiyahan, Mata Kuliah Dakwah Kultural, Mata kuliah Idiologi Muhammadiyah.
4. Merubah paradigma Lembaga Pengabdian Masyarakat dalam proses mengurus KKN dengan tujuan dapat bekerja untuk Muhammadiyah dengan bentuk dakwah kulturan dan pendirian cabang dan ranting Muhammadiyah.
5. Menggantikan UKM-UKM yang ada di PTM dengan Lembaga Semi Otonom Muhammadiyah dan ORTOM, Misalnya MAPALA di ganti dengan Lembaga Pecinta Alam Muhammadiyah, Sasentra dengan Lembaga Seni Dan Budaya Muhammadiyah, Resimen di ganti dengan KOKAM. UKM karate diganti dengan TSPM dan lain sebagainya.
6. Membuat Lembaga Koordinasi Kaderisasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah di bawah instruksi dan koordinasi PWM tapi pusat lembaganya ada di PTM
7. Melaksanakan program dakwah dengan intensif dengan mengkoordinir semua lembaga yang ada di PTM khususnya mahasiswa.
8. Melaksanakan program lainya secara efektif dan simultan berdasarkan paradigma Muhammadiyah.

Role Of Law Persyarikatan
Kalau dalam persyarikatan ada kekalutan, timbul fitnah memfitnah, mudah kemasukan pihak ketiga yang tidak bertanggungjawab, itu akibat karena tidak mengindahkan hukum persyarikatan. Kalau melihat faktaneka yang terjadi dipersyarikatan tentu harus banyak berfikir dan istiqomah serta sabar dalam menanganinya, karena selama ini walaupun persyarikatan telah menetapkan hukumnya sesuai dengan apa yang menjadi kesepakatan warga Muhammadiyah, tentu konsekwensinya harus dijalankan sesuai dengan kaidah tersebut. Namun alangkah pemberani semua baik pimpinan persyarikatan, pimpinan Amal Usaha, dan pimpinan ORTOM sendiri terkadang banyak pelanggaran yang terjadi sehingga menyebabkan tidak ada konsistensi dalam menjalankan amanah persyarikatan.
Mungkin sudah cukup maklum bahwa pendirian persyarikatan Muhammadiyah memiliki aturan dan UUDPM (Undang-Undang Dasar Persyarikatan Muhammadiyah) yang harus di hargai baik oleh anggota Muhammadiyah yang ada didalamnya, maupun oleh Badan atau Lembaga atau Organisasi Otonomnya dan orang-orang yang ada di luar Muhammadiyah. Bahkan pemerintah sekalipun dan harus mengakuinya tentang ekistensi dan keberadaan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai sebuah badan yang hak yang dapat menuntut dan dituntut dalam sebuah pengadilan negara. Pendiria persyarikatan ini oleh karena ada dorongan dari Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 110 yang membahas tentang bahwa harus ada satu golongan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada yang mungkar. Sedangkan rasulullah menganjurkan umatnya untuk berorganisasi didalam usaha kebaikan yang dijamin akan mendapat pertolongan dari Allah swt, sebagaimana Al Qur’an surat Al Maidah ayat 2. Sedangkan tafsir KH. Ahmad Dahlan tentang persfektif tolong menolong dalam kebaikan merupakan perintah Tuhan kepada umat manusia agar menciptakan sebuah kemakmuran melawan kemunafikan dan kemiskinan, menciptakan saling hormat menghormati, toleransi antar umat beragama, saling menghargai, berdialog antar umat beragama demi perdamaian dan KH.  Ahmad Dahlan sendiri dalam setiap ceramahnya segala sesuatu untuk menjadi baik harus di awali dengan kekuatan iman, Islam, ketakwaan dan amaliah. Menurut penulis juga sebagaimana tertera dalam teori syafrilisme bahwa KH.  Ahmad Dahlan berkeinginan besarmerubah umat Islam dari hal-hal yang bersifat TBC dan melakukan praxsis gerakan untuk memajukan umat Islam agar tidak merasa mengalami keterbelakangan mapun kebodohan dengan bentuk pendirian amal usaha sebagai bentuk gerakan pencerdasan (kesadaran Iqra). Maka oleh karena itu yang melandasi hal tersebut tentu dengan kesadaran Tauhid, kesadaran Iqra, Kesadaran Majelis dan Kesadaran harakah fil Islam, KH.  Ahmad Dahlan mampu mengelaborasi maksud dan tujuan al Qur’an surat Ali Imram : 110 dan Al Maiah : 2.
Berbicara hukum persyarikatan di tentukan bukanlah untuk pribadi, akan tetapi itu semua demi kepentingan umat manusia baik Islam maupun di luar Islam. Mengapa kedua surat Al Qur’an tersebut diatas sebagai landasan untuk mengerakkan umat Islam karena inngin merekonstruksi kesadaran keislamannya dalam nuansa satu padu dalam perdamaian dan membangun sinar Islam sebagaimana sinar matahari 12 Muhammadiyah. Begitu juga dengan sikap para warga persyarikatan Muhammadiyah yang harus berdiri kokoh tanpa bisa di terabas oleh bendera dan identitas organisasi dan umat lainnya, agar Muhammadiyah ini tetap utuh dalam barisan yang satu (shaffan) sebagaimana anjuran Tuhan dalam al Qur’an surat Ash Shaaf : 4 dan 11. Dengan demikian, sangat penting bagi persyarikatan Muhammadiyah yang di dalamnya terdapat warga yang berpaham Muhammadiyah sekian juta orang dan terdiri dari kader ORTOM sekian puluh ribu jiwa di seluruh nusantara, ini menandakan sebuah kapal besar yang siap berlayar dengan sikap dan karakter yang berani untuk memberikan pelayanan dan gerakan pencerahan maupun pencerdasan terhadap seluruh komponen umat Islam. tentu kapal tersebut akan berjalan dengan baik dan mulus serta melewati rintangan ombak yang besar ketika Muhammadiyah baik pimpinan, kader, simpatisan, dan umat Muhammdiyah memiliki komitmen bersama dalam menjaga eksistensi dakwah dan kaderisasi sebagai investasi masa depan dalam melawan arus kemungkaran yang sangat deras sekali.
Mengingat ayat al Qur’an dan Hadist Nabi yang dikutif oleh KH. Ahmad Dahlan tersebut diatas, pada dasarnya membentuk sebuah organisasi dalam rangka bekerjasama dalam kebaikan, itu di perintahkan oleh ad dinul Islam dan tidak dilarang. sedangkan yang di tentukan oleh ad dinul Islam adalah mengenai situasi, kondisi, ciri-ciri dan waktu suatu kejadian atau peristiwa yang di tentukan oleh Tuhan. Dalam hal persyarikatan Muhammadiyah bahwa UUDPM itu adalah hukum, ketentuan yang harus di junjung tinggi sepenuhnya oleh semua anggota lebih-lebih warga dan pengurus persyarikatan. Siapa lagi yang akan menjalankan AD/ART UUDPM ini kalau bukan kita pengurus, pimpinan AUM, warga dan anggota biasa Muhammadiyah. marilah kita jalankan UDDPM secara lebih baik dan nyata serta transparan.
Menurut Drs. Lukmanul Hakim ”orang Indonesia senang mengkomsumsi sifat katak dan orang Jepang senang mengkomsumsi udang sebagai makanannya” maksud dari perkataan ini adalah jangan sampai aturan persyarikatan ini dipakai bukan pada tempatnya dan melakukan hal–hal yang melanggar hukum persyarikatan, oleh karena semua hal seperti itu dapat mengakibatkan persyarikatan Muhammadiyah di pandang tidak berprilaku seperti Nabi Muhammad saw (tidak : jujur, amanah, sabar dan istiqomah)
Kalau ada hal-hal yang kurang cocok dan tidak berkenan sebagaimana yang tersebut dalam AD/ART atau berbeda dengan apa yang dimaksudkan, janganlah dirubah, dan disalahkan semuanya. kalau masing-masing berprilaku demikian, tidak mengindahkan lagi putusan bersama, akan bubarlah persyarikatan itu. Tunduklah pada keputusan yang telah diambil. Dan keputusan hasil kesepakatan itulah yang benar. selama belum di ubah dan diganti. Namun kita harus melihat bagaimana ketika aturan persyarikatan di perjelas di Muktamar oleh Majelis DIKTI PP Muhammadiyah dan disesuaikan dengan STATUTA PTM mengenai organisasi kemahasiswaan yang ada di PTM, pimpinan Muhammadiyah atau Rektor PTM yang termasuk pimpinan Muhammadiyah di tingkat wilayah, sering melnggar aturan persyarikatan. Misalnya aturan yang mengatakan ”Organisasi yang di perbolehkan di PTM, pertama; bersifat ekstra dan intra yakni IMM dan kedua; bersifat intra yakni senat Mahasiswa”. Akan sangat berbeda dari aplikasi aturan ini, ternyata banyak organisasi yang aktif di PTM baik BEM, UKM dan ekstra lainnya seperti HMI, FMN, SMI, LMND dan lain sebagainya. Ini merupakan bentuk pelanggarannya dan tidak konsistennya pimpinan Muhammadiyah, padahal nota benenya di semua organisasi intra dan ekstra itulah di PTM corong berkembangnya paham selain idiologi Muhammadiyah. Faktor terpenting tumbuh dan berkembang paham di Muhammadiyah sehingga idiologi Muhammadiyah tertinggal, karena tidak knsisten terhadap hukum persyarikatan.
Kalau ada sesuatu hal yang belum tuntas dalam Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, diserahkan kepada masing-masing atau menurut kebijakasanaan dan keputusan pimpinan berdasarkan tingkat levelnya, agar dapat dudukkan bersama dalam suatu kesadaran majelis tanpa mendengarkan informasi sepihak. Padahal segala sesuatu yang telah ada di AD/ART Muhammadiyah itu, tidak boleh di tawar lagi. kecuali dilaksanakan sebagaimana mestinya. Apalagi saat ini, dimana ada tempat kondisi yang baik dan yang tidak baik alias amburadul administrasi selalu dilanggar dalam mengurus amal usaha maupun menjadi pimpinan, Maka wajiblah hukum persyarikatan itu di jalankan, dan di kerjakan secara seksama. Pengurus Muhammadiyah baik di Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, Ranting, , Majelis, Lembaga, keoanitiaan kegiatan harus mengindahkan segala yang diatur dan di tentukan dalam AD/ART, anggota-anggota Muhammadiyah pun harus demikian pula, mematuhi dan menghargai AD/ART Muhammadiyah sehingga kuat dan bermanfaat dalam bermuhammadiyah dan menuju maksud serta cita-cita Muhammadiyah. Bagaimana hubungan antara badan otonom yang satu dengan badan otonom yang lainnya, lembaga satu dengan lembaga lainnya, pimpinan persyarikatan dengan lembaga dan badan otnom tersebut, begitu juga seterusnya tinggal menjalankan sebagaimana mestinya. Dengan demikian akan berjalanlah hukum persyarikatan Muhammadiyah itu dengan baik, bertambah luas geraknya dan semakin bertambah manfaatnya. Kalau dalam persyarikatan ada kekalutan, timbul fitnah memfitnah, mudah kemasukan pihak ketiga yang tidak bertanggungjawab, itu akibat karena tidak mengindahkan hukum persyarikatan. Untuk itu marilah kita selesaikan, kita marilah kita hilangkan, dan kita hapus semua yang tidak beres itu, kembali kepada hukum persyarikatan dan kita jalankan dengan sebaik-baiknya.
Yang terpenting bagi seluruh warga persyarikatan Muhammadiyah adalah berkomitmen membangun Muhammadiyah, oleh karena KH.  Ahmad Dahlan telah menitipkan Muhammadiyah kepada kita semua, sebagaimana dalam ungkapannya ”Aku Titipkan Muhammadiyah Kepada Mu”. Jadi perkataan itu memang sangat berat bagi kita untuk melaksanakannya, sehingga kita kebanyakan berkeluh kesah terhadap kondisi yang ada, tanpa bisa berbuat apa-apa untuk berdakwah dan membesarkan nama baik Muhammadiyah dengan sinar Muhammad—iyah untuk merebut kembali harapan awal kita bersama yakni masyarakat Islam dan dunia Islam sepenuhnya.

Peran Dan Kontribusi IMM Untuk Persyarikatan Umat, Bangsa Dan Negara
Peran IMM sudah menjadi lokus gerakan yang dapat di perhitungkan dengan berbagai pola perjuangan gerakan diantara gegap gempitanya para organisasi kemahasiswaan lainnya. Namun ini tidak akan terealisasi ketika kader IMM tidak memiliki identitas dan karakter yang jelas. Menurut Ton Abdillah Has sudah selayaknya memantapkan gerak langkahnya ke depan baik sebagai kader Muhammadiyah, umat dan bangsa. Oleh karena itu beberapa agenda gerakan yang perlu ditawarkan dalam kepemimpinan IMM adalah gerakan dakwah dan intelektual. Terkait agenda gerakan itu, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sangat perlu berperan aktif melakukan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka penguatan dan perluasan basis Muhammadiyah, utamanya membumikan kerja-kerja pendampingan dan advokasi masyarakat sebagai agenda gerakan pemberdayaan IMM. Dengan tujuan agar IMM menjadi pelopor dalam jejaring organisasi mahasiswa dan organisasi lain (OKP, LSM, Ormas, dan Orsospol) guna mengkritisi kebijakan pemerintah dan memberi respons kondisi kebangsaan. Sementara itu terkait agenda gerakan dakwah adalah sebagai berikut :
Pertama : IMM diperlukan membentuk korps mubaligh IMM yang disemai di masjid-masjid kampus, menjalankan aktivitas dakwah di ruang publik kampus dan Muhammadiyah, dengan terlibat aktif melakukan dakwah di basis Muhammadiyah bekerja sama dengan struktur Muhammadiyah yang ada baik daerah, cabang maupun ranting Muhammadiyah. Kedua, IMM harus bekerjasama dengan PTM terlibat mengirimkan mubaligh IMM ke daerah pelosok dan pedalaman yang membutuhkan sentuhan dakwah Islam, seperti Papua, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara, dll. Sedangkan ketiga, Membangun mainstream gerakan dakwah IMM dan jaringan dakwah dengan organisasi lain.
Dalam konteks agenda gerakan intelektual harus menjadikan IMM sebagai kontributor wacana dan ide ditengah kontestasi intelektual gerakan mahasiswa. Selain itu, IMM mendorong sebanyak mungkin terciptanya buffers gerakan intelektual sebagai kerangka kultural intelektual enrichment kader-kader IMM, seperti forum studi, lembaga penelitian, studi learning circle. Yang terpenting kedepan agar IMM menjadikan PTM sebagai episentrum gerakan intelektual melalui program Sekolah Pelopor berbasis PTM, terkait akses fasilitas, kebijakan, dan dana yang dimiliki PTM, mengingatkan agar kader IMM tidak sekadar mengejar pragmatisme tanpa mengindahkan idealisme luhur cita-cita Ikatan.
Banyak pihak beropini bahwa terjadi kemunduran kualitas gerakan, bila dibandingkan angkatan gerakan mahasiswa sekarang. Dalam hal ini tentunya secara umum tidak terkecuali menimpa Ikatan, namun dengan beberapa kekhususan akar masalah. Kondisi yang demikian tidak terlepas dari dua hal. Pertama, IMM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, mendapatkan dukungan fasilitas dan modalitas, yang justru menjebak Ikatan pada bentuk - bentuk organisasi formal. Pendekatan yang digunakan oleh Muhammadiyah dalam memposisikan Ikatan pun cenderung berparadigma titipan, padahal IMM adalah ortom yang nomor wahid kaderisasinya dalam konteks Muhammadiyah. Kritik yang disampaikan oleh IMM dianggap sebagai anomali dari sistem yang tertata dengan baik. Kedua, persaingan antar gerakan mahasiswa lain yang relatif lebih independen dan bebas dalam menentukan isu-isu gerakan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat. Ikatan menjadi kurang kreatif dan berani dalam melakukan respon terhadap kebutuhan gerakan organisasi perkaderan dan jaringan; karena terlalu banyak pertimbangan posisi dengan Muhammadiyah.
Keberadaan IMM dan ortom lainnya tidak terlepas dari kuasa-peran Muhammadiyah dalam arti makro, baik secara struktural, khittah gerakan, karakter kaderisasi dan kebijakan organisasi. Tentunya, IMM seringkali di cap nakal, tapi malu-malu kucing. Ungkapan Pak Djasman layak menjadi tamparan pada kita, “bila ada yang menghalangi IMM dalam mewujudkan tujuan, maka lawan, tak peduli orang tua sendiri”. Dan itu artinya, meski banyak basis perkaderan Ikatan berada di PTM dan tumbuh berkembang dengan limpahan dana, ia tak boleh menjadi lunak karena mendapat dana itu. Upaya perkaderan IMM harus di lihat dalam dua prespektif, pertama kader sebagai intelektual yang sekaligus menjadi mahasiswa, dan yang kedua, memandang kader sebagai seorang intelektual yang nantinya akan bergabung dalam komunitas intelektual yang labih luas pasca kehidupan di kampus. Secara jelas kita bisa membagi dua prespektif tersebut dalam uraian sebagai berikut.

a. Intelektualitas Kader Ketika Aktif Menjadi Mahasiswa
1. Membentuk kader yang memiliki daya kritis terhadap kondisi masyarakat yang memiliki pemihakan yang jelas sebagaimana fungsi intelektual (bebas) khususnya gerakan mahasiswa.
2. Membentuk kader yang memiliki spesialisasi suatu kompetensi keilmuan tanpa harus membuat dirinya terkotak dalam sebuah kompetensi yang menimbulkan arogansi atau pribadi masa bodoh dengan realitas keilmuan maupun masyarakat.
3. Membentuk kader yang memiliki komitmen dan kompetensi sebagai organ dakwah di kalangan mahasiswa dalam rangka menyampaikan risalah islam kepada golongan terpelajar.
4. Membentuk kader yang menjadi tulang punggung organisasi baik dalam hal manajemen, kepemimpinan maupun keberlanjutan proses perkaderan ikatan.

b. Intelektualitas Untuk Pasca Kampus
1. Menghasilkan kader yang siap memasuki birokrasi pemerintahan, dengan tetap memainkan peran profetiknya untuk mengubah birokrasi agar lebih human dan berorientasi pada rakyat kecil.
2. Menghasilkan kader yang siap terjun ke tekno struktur pada suatu koorperasi yang besar dan menjanjikan posisi manager dan profesional dengan tetap memainkan peran profetiknya. Untuk melakukan revolusi manajerial, pengambilan tampuk pimpinan dari pemilik modal, dan mengembangkan koorperasi yang memiliki tanggungjawab sosial
3. Menghasilkan kader yang siap terjun pada masyarakat, menjadi pemimpin masyarakat, wirausahawan yang inovatif, pengembangan kepemimpinan yang produktif serta menciptakan lapangan kerja baru.
4. Mengahasilkan kader yang siap menjadi kader persyarikatan dengan tingkat kearifan yang tinggi dalam menghadapi dinamika dan pluralitas muhammadiyah khususnya menghadapi perbedaan latar belakang kemuhammadiyahan kader (asal ortom) maupun perbedaan latar belakang ke-islaman kader (berasal dari luar ortom muhamamdiyah). Idealnya kader (alumni) imm bisa menjadi fasilitator dan pemandu kader-kader intelektual muhamamdiyah yang bisa berasal dari organisasi kemahasiswaan lain.
Hal tersebut merupakan sebuah konsep ideal dari perkaderan IMM dengan melihat gambaran dunia intelektual muslim maupun dunia gerakan mahasiswa. Namun ternyata masih ada beberapa kendala yang banyak terjadi pada kader.Secara garis besar, kendala tersebut adalah :
1. IMM kurang bisa mengelola secara efektif permasalahan pluralitas intelektualitas kader yang berasal dari IRM, organisasi Islam non-Muhammadiyah (seperti PII, SKI atau IPNU/IPPNU) sebagai realitas transformasi kader pelajar Muslim maupun kader non-ideologis untuk dikelola menjadi kekuatan realistis bagi IMM.
2. Para Instruktur IMM kurang memiliki percaya diri untuk mengelola darimanapun kader berasal. Kadang para instruktur berhasil mengkader mahasiswa yang benar-benar awam dari pergerakan pelajar, namun kurang berhasil dalam mengkader kader yang berasal dari organisasi pelajar seperti Pelajar Islam Indonesia, Sie Kerohanian Islam yang kini berkembang pesat dan dalam lokal-lokal tertentu juga identik dengan gerakan Tarbiyah atau bahkan Ikatan Remaja Muhammadiyah sebagai realitas sumber kader IMM.
3. IMM kurang berhasil membangun percaya diri kader sebagai bagian dari gerakan mahasiswa maupun lembaga dakwah kampus.
4. IMM kurang mampu menghasilkan kader yang bisa menjadi penuntun kader baru Muhammadiyah dari organisasi Mahasiswa Islam lain untuk ber-Muhammadiyah dan percaya diri menghadapi realita pluralitas Muhammadiyah yang memungkinkan memasukkan kader Intelektual dari organisasi Mahasiswa lain.
Dari analisa kelemahan tersebut diatas, IMM perlu mereka ulang proses perkaderan baik untuk kader maupun instruktur. Langkah-langkah taktis perlu diambil pada stake holder perkaderan IMM, sehingga pemecahan-pemecahan masalah perkaderan seperti diatas bisa diatasi sebelum beranjak pada target perkaderan. Secara umum kemudian nuansa Intelektualitas kemudian bukanlah monopoli terjemahan kata Kemahasiswaan dalam identitas IMM. Namun kata intelektualitas adalah sebuah konsekuensi ke-Islaman IMM yang kemudian akan mewarnai kehidupan keagamaan, Kemahasiswaan dan Kemasyarakatan.