Minggu, 17 Agustus 2014

KESADARAN



Oleh : Masrian Mirzani
Pimpinan Komisariat STIT Muhammadiyah Abdya
 

Goresan tinta hitam yang menghiasi kertas bait demi bait,terukir berbagai kata-kata yang tertata rapi disetiap baris halaman buku,tatkala jiwa ini terpanggil akan tanggung jawab yang amat besar  yang terbeban diatas pundak yang harus diimplementasikan.
Pengalaman kian tipis,keilmuan yang belum mapan membuat hati ini kian gelisah dan merasa bersalah akan amanah yang kami embankan selaku agen of  Chontrol.
            Lika-liku kehidupan kian nampak jelas didepan mata,lakonan tak elok akrab kali diperankan oleh para pioner-pioner  “keserakahan” akan jabatan,niat hati ingin menentang, namun kesiapan mental yang masih seumur jagung selalu menjadi paktor penghalang dalam menyuarakan aspirasi kaum marginal.
                                                                                    ****

`           Sedih dan prihatin rasanya,melihat kabupaten yang memiliki banyak kelebihan dari berbagai sumber daya alam,belum lagi daya jual yang begitu amat memikat dari segi pariwisata,sungguh banyak icon yang bisa untuk direstorasi ulang demi meningkatkan perekonomian masyarakat Aceh barat daya.
Namun apa hendak dinaya,gagang pedang tidak sesuai dengan matanya,banyaknya sumber daya alam bukan berarti perekonomian masyarakat bak air mengalir,namun berbagai sisi terjadinya stagnansi yang begitu dahsyad,bahkan banyak buaian janji manis yang belum diaplikasi oleh si Tukang janji “zaman dulu”.
            Beberapa waktu lalu,menurut berbagai informasi dari media massa Abdya termasuk kabupaten yang memiliki angka pengangguran yang agak lumayan banyak,dan ditambah lagi pemberhentian honorer, yang secara drastis bertambah kuota pengangguran yang telah ada,meskipun demikian,pemerintah tidak pernah memberi suatu pandangan atau lapangan kerja baru untuk para pengangguran, melainkan hanya harapan semu yang selalu dibeberkan diberbagai media.
            Padahal jika dikaji dari berbagai aspek,Aceh pada umumnya provinsi yang mendapatkan dana otsus yang begitu banyak dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya,namun banyaknya dana, tidak juga menjadi pil sehat untuk masyarakat, malahan ekonomi,pendidikan kian anjlok,dan ditambah lagi pengangguran yang kian mekar bak jamur dimusim hujan.
            ketika  kondisi daerah yang hampir berada pada posisi koma,seharusnya mahasiswa sadar akan penjajahan yang dilakukan oleh para penguasa,mahasiswa harus peka terhadap lingkungan dan mengerti apa devoksi seorang mahasiswa, secara tidak langsung mahsiswa adalah barisan depan dalam menyampaikan kelah-keluh masyarakat.

Billahi Fisabililhaq Fastabiqul Qairat

                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar