Selasa, 18 September 2012

RELIGIUS, INTELEKTUAL DAN HUMANIS

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi gerakan mahasiswa sekaligus organisasi otonom Muhammadiyah.  Dalam sejarah pendiriannya, ada dua alasan dominan IMM dibentuk.  Pertama sebagai respon dan wadah perjuangan bagi mahasiswa Muhammadiyah atas persoalan bangsa yang dilanda kemelut politik, krisis sosial yang merembet pada krisis keamanan dan ekonomi pada tahun 60-an.  Dan akhirnya, direstui oleh Presiden Soekarno dalam tulisan tangan, ”Saya beri restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah” tertanggal 14 Maret 1964.  Kedua, alasan internal yakni kebutuhan Muhammadiyah untuk melakukan pengkaderan di tingkat universitas bagi para akademis muslim, sebagaimana yang dicita-citakan oleh KHA Dahlan : ”Muhammadiyah sekarang lain dengan Muhammadiyah yang akan datang, maka teruslah kamu bersekolah menuntut ilmu pengatahuan dimana saja, jadilah dokter, jadilah master, insinyur dan lain-lain, namun kembalilah ke-Muhammadiyah.” Disamping sebagai kader persyarikatan, IMM juga merupakan kader umat dan kader bangsa.

Trikompetensi gerakan IMM yang meliputi spiritualitas, intelektualitas, dan humanitas/kerakyatan merupakan satu kesatuan yang utuh (manunggal) tak terpisahkan, terinternalisasi dalam setiap pribadi kader IMM sebagai citra diri yang menuntut kepekaan terhadap perubahan dan berani melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum ”mustadl’afin” (tertindas).  Tiga pilar ini senantiasa menghadirkan kecerdasan aksional (panggilan) melakukan kesalehan sosial, memperjuangkan keadilan dan tidak terkontaminasi oleh pembusukan moral.  Kader-kader IMM tidak termasuk dalam daftar organisasi atau perorangan pengeruk kekayaan rakyat atau jaringan gerakan separatisme dan terorisme.

Peran mahasiswa hampir di seluruh daratan dunia selalu menunjukkan kepedulian terhadap kebijakan-kebijakan elit (kampus, instansi dan negara) yang berpengaruh langsung terhadap kepentingan masyarakat.  Mahasiswa selalu berada di garda terdepan jika dalam kebijakan-kebijakan yang dihasilkan elite telah menimbulkan ketimpangan.  Perjalanan panjang sebuah organisasi akan dibuktikan apa yang ia telah kerjakan dan apa pula yang telah dilahirkan didalam mengemban amanah ikatan melalui program kerja yang menyentuh pada konsep dan arah gerakan organisasi. 

Realitas negeri ini menunjukkan rapuhnya sendi-sendi kebangsaan, seperti suburnya korupsi dan penggusuran, kemelut politik yang tak kunjung usai, terjualnya aset-aset kerakyatan, hutan diganti lahan kering, sawah diganti pabrik, sungai menjadi tong sampah, ancaman disintegrasi, miras-narkoba dan free sex mengganti peran agama, jumlah pengangguran dan anak jalanan meningkat tajam, penjualan anak dan perempuan kian marak, LSM menjual data potensi negeri kepada pihak asing, media massa lebih menjadi alat propaganda ketimbang menjadi pengungkap fakta, tampilnya orang terlalu kaya di negeri miskin, lebih mencintai produk asing ketimbang produk berlebel lokal, lahirnya generasi tanpa kepedulian, sulitnya hidup di negeri sendiri, dan hilangnya kebanggaan menjadi bagian dari bangsa Indonesia.  Sementara, tantangan globalisasi dengan ancaman kapitalisme dan imprealisme hampir tak mampu dihindarkan, kondisi ini pada titik tertentu akan menghancur leburkan bangunan Indonesia, dan bukannya tidak mungkin menghapus Indonesia dari peta dunia.

Bagi IMM kondisi tersebut, tidak boleh berlarut-larut dibiarkan, Komitmen yang dibangun adalah kader IMM harus tampil sebagai kreator dan penggerak kemajuan agama dan pembangunan di seluruh sektor kehidupan bangsa, yang juga harus bebas dari kontaminasi  pembusukan moral bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar