Senin, 25 April 2011

PERJUANGAN HIDUP PADA MASA KONFLIK

Nama saya Martunis, saya lahir dari keluarga yang pas-pasan pada tanggal 21 januari 1989 di desa Trieng Meuduro Tunong Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan, saya anak merupakan anak tertua dari pasangan (alm) Sofyan,ys dengan Umi Kalsum,id. saya mempunya 2 orang saudara satu cewek satu cowok, saya sekolah di SDN Trieng Meuduro Tunong, Alhamdulillah saya selalu mendapat peringkat pertama mulai kelas I sampai kelas VI, sejak kelas III SD saya di didik di pesantren yang tidak jauh dari rumah sekitar 5 meter, di pesantren saya belajar dengan giat sehingga saya lebih unggul dari teman-teman lainnya, cita-cita saya waktu kecil sangat tinggi, yaitu ingin menjadi seorang jendral tapi kondisi dan keadaan daerah saya sehingga cita-cita tersebut hilang sirna,,,bulan berganti bulan, tahun pun ikut berganti tahun tak terasa saya sudah mengenal sedikit apa yang selalu di bincang di media massa yaitu politik.politi..politik. meranjak saya kelas IV SD kondisi daerah pun semakin kacau, konflik antara RI-GAM membuat anak bangsa trauma dan banyak diantara mereka putus sekolah,apalagi orang tua mereka sulit untuk bekerja mencari nafkah karena takut nanti ada yang meneror dari belakang, tapi walaupun banyak teror saya tetap sekolah dan pada waktu satu minggu mau menghadapi EBTANAS saya mendapat ujian yang sangat berat dari Allah SWT. waktu itu harapan saya sirna bagaikan bulan dikala gerhana yang tidak bisa memancarkan cahaya indahnya ke permukaan bumi, tepat jam 15.00 WIB pada hari selasa tanggal 04 juni tahun 2001saya sedang mengikuti pengajian di pesantren tiba-tiba di kejutkan oleh sekelompok TNI-AD yang sedang mengepung rumah saya, saya cuma bisa melihat dari jarak 10 meter dari arah pesantren, tak lama kemudian tim TNI-AD tersebut menggerebek rumah saya, yang ada di rumah pada saat itu ibu bersama adik-adik saya, sedangkan ayah saya sedang menanam padi di sawah, salah seorang TNI tersebut menanyakan keberadaan ayah saya, ibu menjawab kalau ayah sedang menanam padi di sawah, tim TNI membawa ibu  ke sawah tempat ayah menanam padi, karena tempatnya tidak jauh cuma 10 menit jalan kaki, setiba di sawah seluruh personel TNI memanggil seluuh petani dan di kumpulkan di meunasah serta di minta KTP sebagai bukti identitas warga negara, setelah diperiksa semua, ada satu KTP yang tidak di kembalikan dan orang tersebut adalah ayah saya dan beliau di suruh duduk di tempat yang terik panas matahari, sungguh tidak punya perasaan sedikitpun, coba anda bayangkan sendiri waktu nanam padi, kalau udah capek pasti beristirahat di tempat teduh bukan di tempat terik panas matahari ya kan,,,,,,????

Kemudian ayah di ikat tangan di belakang dan dibawa oleh anggota TNI tersebut pada jam 15.45 WIB, sedangkan ibu di suruh pulang ke rumah sendiri, saya pulang kerumah dan menangis dengan sekeras-kerasnya bersama ibu dan adik-adik saya,........ ke esokan harinya ibu mencari ayah ke polsek ternyata tidak ada di polsek, di bilang personil polsek dah di bawa ke polres, karena pada waktu itu kendaraan kurang lalu lalang di jalan akhirnya ibu memutuskan mencari ayah ke esokan harinya lagi, pada hari kamis ibu pergi ke polres bersama yahwa sayed, dia dah sering melakukan pembebasan terhadap tawanan pada masa konflik, kebetulan kami masih satu aliran saudara, setelah nyampek polres aceh selatan, kata personil di situ ayah di tawan di penjara Naga, mereka minta tebusan 3 juta rupiah dan akhirnya ibu menyetujui tebusan tersebut demi terbebasnya ayah dari penjara,pada hari sabtu sorenya ibu pergi ke rumah yahwa sayed yang bertempat tinggal di Samadua, setelah nyampek di Samadua ibu mendapat berita bahwa di rumah sakit Dr.Yulidin Away ada jenazah yang baru dibawa, jenazah tersebut tidak ada kepala sehingga pihak rumah sakit tidak tau identitas jenazah tersebut, tetapi pihak rumah sakit cuma bisa menginformasikan jenazah tersebut dengan ciri-ciri berpakaian baju dan celana kerja di sawah, lalu ibu dengan cepat-cepat pergi ke rumah sakit untuk memastikan jenazah tersebut, tidak lama kemudian ibu nyampek rumah saket, tros masuk ruang jenazah, jenazah pun di buka oleh perawat, ibu pun sulit menandai apakah ini suaminya atau bukan karena jenazah tersebut tanpa ada kepala, akhirnya ibu melihat kuku di ibu jari kaki jenazah tersebut dan ibu pun tidak dapat menahan lagi air mata karena  jenazah tersebut adalah suami tercinta, ayah dari anak-anaknya... esoknya hari minggu jenazah ayah di bawa pulang kerumah untuk di semayamkan di pemakaman keluarga. Seminggu setelah itu, saya mengikuti EBTANAS dengan hati yang penuh duka cita,,,,, Alhamdulillah saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, saya mengungguli teman-teman lainnya. 

 
Kemudian saya melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Sawang selama 3 tahun dengan biaya dari jerih payah sendiri dan mampu meraih prestasi yang gemilang sampai saya lulus ,,, saya melanjutkan sekolah di SMAN 1 Sawang, kamudian saya terpilih menjadi anggota Paskibra dan yang paling istimewa lagi menjadi pasukan 8 ( pasukan inti ). 3 tahun aku sekolah di SMAN 1 Sawang akhirnya tamat pada tahun 2007-2008, setelah tamat dari bangku sekolah, aku mau melanjutkan kuliah, tapi karena faktor ekonomi  dan aku sebagai tulang punggung dalam keluarga, akhirnya ku putuskan untuk tidak kuliah,, aku mencoba meranjak dengan sedikit skil di bidang komputer,,, akhirnya aku diterima kerja jadi TU di SDN Trieng Meuduro Tunong,,, yang paling istimewanya lagi aku di angkat sebagai sekretaris Komite Sekolah dan dari sinilah aku memulai berkarir sedikit demi sedikit, mulai dari jadi TU, sekretaris Komite Sekolah bahkan jadi Sekretaris  proyek DAK tahun 2008 di SDN Trieng Meuduro Tunong, masuk tahun 2009 aku mendaftar diri di suatu lembaga yaitu Lembaga Bantuan Hukum Banda Aceh Post Tapaktuan di bidang Paralegal, Alhamdulillah aku diterima bekerja dengan gaji 1 juta perbulan,,, tidak lama bekerja di LBH aku ingin menambah penghasilan dari pekerjaan lain,,, yaitu jadi anggota penambang emas di kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Alhamdulillah aku dapat rezeki dan mampu membeli sepeda motor 2 unit dalam waktu sebulan bekerja jadi penambang emas, di pertengahan tahun 2010 aku ingin melanjutkan kuliah karena sudah ada modal,,, aku pilih kuliah yg dekat dengan kampung halaman, yaitu di Aceh Barat Daya, di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aceh Barat Daya jurusan Bahasa Inggris, dan sekarang sudah memasuki semester III. itulah kisah perjalanan seorang anak korban konflik yang bangkit dengan sendirinya tanpa ada di perhatikan oleh pemerintah yang cuma hanya mementingkan isi perutnya saja,pesan saya jangan pernah menyerah sebelum anda memulainya, saya yakin anda pasti bisa, belajarlah mandiri jangan pernah selalu mengharap dari orang tua. salam sukses go fight win........

3 komentar: