Rabu, 12 Oktober 2011

KONTRIBUSI DAKWAH

Pada dasarnya umat manusia menginginkan perubahan dalam hidupnya. Baik secara individual maupun kolektif. Dan ajaran Islam memberikan konsep yang jelas untuk mencapainya. Yakni perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dari hari ini. Kondisi ke arah itu hanya dapat dilakukan melalui penataan dakwah dengan sebaik-baiknya.
Upaya untuk mencapai perubahan umat ini, dakwah tidak dapat mengandalkan kekuatan di luar kemampuan manusia. Sekalipun orang beriman mengakui adanya kekuatan-kekuatan di luar kemampuan manusia yang dapat mempengaruhi kekuatan dirinya.
Untuk meraih terwujudnya cita-cita perjuangan dakwah, kontribusi aktivis dakwah menjadi kunci utamanya. Dengannya kemudahan-kemudahan dakwah akan datang menyertai perjuangan mulia tersebut. Sehingga kontribusi dalam dakwah merupakan suatu tuntutan atau keniscayaan.
Kontribusi Dakwah Merupakan Keniscayaan Dalam Perjuangan (Hatmiyatun Harakiyah)
Kontribusi dalam dakwah adalah memberikan sesuatu baik jiwa, harta, waktu, kehidupan dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk sebuah cita-cita. Ini menjadi bentuk pengorbanan seorang kader terhadap dakwah. Perjuangan dan pengorbanan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kontribusi dakwah, besar atau kecil memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menegakkan Islam. Melalui pengorbanan, bangunan ini dapat berdiri tegak dari komponen satu sama lain baik besar ataupun kecil. Demikian pula kedudukan status sosial seseorang yang dipandang rendah tatkala memberikan pengorbanannya maka ia sama kedudukannya dengan yang lain bahkan mungkin lebih tinggi lagi.
Sebagaimana Rasulullah saw. menggangap mulia seorang penyapu masjid. Karena kerjanya masjid menjadi bersih dan menarik. Dari kontribusinya itu beliau memberikan tempat di hatinya bagi tukang sapu tersebut. Beliau mengagumi pengorbanan yang telah diberikannya. Sehingga Rasulullah saw. melakukan shalat ghaib untuknya. Ini karena sewaktu tukang sapu masjid itu meningal dunia beliau tidak mengetahuinya.
Para sahabat memandang apalah artinya seorang tukang sapu bagi Rasulullah saw. Namun tidak demikian bagi Rasulullah saw. Tukang sapu itu telah memberikan pengorbanan yang luar biasa dalam dakwah ini. Semua itu karena ia telah memberikan potensi miliknya untuk dakwah.
Dalam Majmu’atur Rasail, Imam Hasan Al Banna rahimahullah, mengingatkan kepada seluruh kader dakwah untuk selalu berada di barisan terdepan dalam memberikan kontribusi dakwah, “Wahai Ikhwah, ingatlah baik-baik. Dakwah ini adalah dakwah suci, jamaah ini adalah jamaah mulia. Sumber keuangan dakwah ini dari kantong kita bukan dari yang lain. Nafkah dakwah ini disisihkan dari sebagian jatah makan anak dan keluarga kita. Sikap seperti ini hanya ada pada diri kita –para aktivis dakwah– dan tidak ada pada yang lainnya. Ingatlah dakwah ini menuntut pengorbanan. Minimal harta dan jiwa.”
Untuk Meraih Pertolongan Allah swt. (Intisharullah)
Meskipun orang yang beriman meyakini bahwa pertolongan Allah pasti akan datang, tetapi pertolongan-Nya tidak boleh diartikan sebagai sebuah ‘keajaiban dari langit’ yang datang dengan tiba-tiba dan begitu saja. Sekalipun hal itu bisa saja terjadi menurut kehendak Allah swt.
Namun pertolongan Allah itu harus diartikan sebagai respon-Nya terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh para hamba-Nya dalam memberikan perhatian dan pengorbanannya kepada dakwah. Firman Allah swt., “Jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Allah akan menolong kamu dan meneguhkan langkah-langkah kamu.” (Muhammad: 7)
Oleh karena itu, untuk meraih pertolongan Allah, perlu mencari penyebab datangnya. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah dengan memberikan kontribusi terhadap dakwah ini. Apalagi di saat dakwah ini menghadapi rintangan dari musuh-musuhnya. Situasi seperti inilah kontribusi aktivis dakwah dapat menjadi pintu untuk pertolongan-Nya. Terlebih-lebih dalam situasi yang pelik dan terjepit. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah: 214)
Karakter Aktivis Dakwah (Muwashafatul Jundiyah)
Dalam kaedah syair Bahasa Arab dikatakan bahwa, ‘Fain faqadu syaian lam yu’thi.‘ Siapa yang tidak punya, maka ia tidak akan dapat memberikan sesuatu. Maka mungkinkah seseorang akan memberikan kontribusinya sementara dirinya tidak memiliki apa-apa. Mereka yang tidak bisa memberikan pengorbananan apa-apa sepantasnya merasa malu. Karena telah banyak kebaikan Allah swt. pada kita. Oleh sebab itu seorang aktivis dakwah perlu mengetahui apa yang ia punyai.
Kaum yang beriman, khususnya aktivis dakwah, tidak boleh bakhil. Kontribusi apapun, yang telah ia tunaikan akan sangat bermanfaat bagi dakwah ini. Kemanfaatan pengorbanan itu hanya ada pada saat kehidupan di dunia ini baik bagi orang lain terlebih lagi bagi dirinya sendiri. Setelah mati, tidak ada sesuatu pun yang bisa diberikan oleh manusia untuk menambah timbangan kebaikannya di alam barzah kelak.
Karenanya, karakter aktivis dakwah yang sesungguhnya adalah berwatak merasa ringan untuk berkorban terhadap dakwah. Tidak ada sesuatupun yang merintanginya untuk berkorban. Ia cepat merespon tuntutan dakwah ini.
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang”. (Ash-Shaff: 14)
Kelangsungan Dakwah (Istimrarud Da’wah)
Memang kelangsungan dakwah ini telah mendapatkan jaminan dari Allah swt. (At-Taubah: 40). Akan tetapi ia juga berhubungan dengan kontribusi dakwah. Ia ibarat tetesan darah yang memperpanjang usia perjalanan dakwah ini. Oleh karenanya pengorbanan aktivis terhadap dakwah menjadi sangat vital.
Dakwah bisa terus berjalan atau mandeg lantaran pengorbanan aktivisnya. Mereka yang terdepan dalam memberikan kontribusinya, merekalah yang menjadi pelangsung dakwah. Sebaliknya mereka yang tidak berada pada barisan ini, menjadi penyebab mandul atau matinya dakwah. Karena mereka tidak memberikan pengorbanan, Allah swt. akan menggatikannya dengan aktivis yang lainnya. Hal itu terjadi untuk mensinambungkan gerak perjalanan dakwah.
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)”. (Muhammad: 38)
Adapun kontribusi yang dapat diberikan seorang aktivis sangat banyak, karena seluruh potensi yang dimiliki dapat disumbangkan untuk dakwah. Untuk memudahkan kita memahami kontribusi dalam dakwah ini, al-atha’ ad-da’awy diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Al-Atha’ Al Fikry (Kontribusi Pemikiran)
Jiwa dari perjuangan da’wah adalah kontribusi pemikiran karena nilai-nilai Islam hidup bersama hidupnya pemikiran Islam di tengah-tengah umat. Umat ini tidak boleh sepi untuk mendayagunakan pemikirannya. Agar menghasilkan solusi yang telah diberikan Islam.
Ajaran Islam mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia dari berbagai zaman dan peradaban. Dan solusi yang diberikan mencakup berbagai aktifitas kehidupan manusia. Untuk mendapatkan jawabannya umat Islam harus mampu menggunakan satu senjata yang telah ditunjukkan oleh Allah swt. yakni ijtihad. Karenanya Rasulullah saw. sangat menghargai proses ijtihad yang dilakukan para pemikir ummat Islam sebagaimana pesan yang disampaikannya kepada Mu’adz bin Jabbal ketika akan membuka wilayah Yaman.
Dr. Yusuf Qaradhawi menyatakan dalam buku Fiqhul Aulawiyat : “Yang tampak oleh saya bahwa krisis kita yang utama adalah ‘krisis pemikiran’ (azmah fikriyah). Di sana terdapat kerancuan pemahaman banyak orang tentang Islam. Kedangkalan yang nyata dalam menyadari ajaran-ajarannya serta urutan-urutannya. Mana yang paling penting, mana yang penting dan mana yang kurang penting. Ada pula yang lemah memahami keadaan masa kini dan kenyataan sekarang (fiqh al waqi’). Ada yang tidak mengetahui tentang ‘orang lain’ sehingga kita jatuh pada penilaian yang terlalu ‘berlebihan’ (over estimasi) atau sebaliknya ‘menggampangkan’ (under estimasi). Sementara orang lain mengerti benar siapa kita bahkan mereka dapat menyingkap kita sampai ke ‘tulang sumsum’ kita. Sampai hari ini kita belum mengetahui faktor-faktor kekuatan yang kita miliki dan titik-titik lemah yang ada pada kita. Kita sering membesar-besarkan sesuatu yang sepele dan menyepelekan sesuatu yang besar, baik dalam kemampuan maupun dalam aib-aib kita.’
Kontribusi kaum muslimin dalam bidang pemikiran akan melahirkan sebuah tsaqafah (intelektualitas) dan hadlarah (peradaban) Islam, sebagaimana yang pernah ditunjukkan dalam sejarah peradaban manusia sejak masa Rasulullah saw. sampai dengan pemerintahan Islam sesudahnya. Karena dari sikap inilah muncul kreativitas dan inovasi baru dalam kehidupan ini. Dengan terbiasanya berpikir untuk dakwah maka mereka akan terbiasa melahirkan sesuatu yang belum dipikirkan orang lain. Sehingga manajemen modern sedang menggalakan umat manusia untuk senantiasa berbuat sebelum orang lain sempat berpikir. Hal itu terjadi apabila kita terbiasa berpikir cepat dari yang lainnya. Karenanya seorang aktivis dakwah tidak boleh miskin ide dan gagasan apalagi kikir untuk dikontribusikan terhadap dakwah.
2. Al-Atha’ Fanny (Kontribusi Keterampilan)
Keterampilan merupakan anugerah mahal yang diberikan Allah swt. kepada manusia. Skill ini akan menjadi kekayaan yang tak ternilai. Keterampilan ini dapat pula menjadi eksistensi manusia itu sendiri. Bahkan Allah sangat menghargai keterampilan yang dapat menghantarkannya ke jalan-Nya yang paling baik. Yakni skill yang dapat berguna untuk kepentingan dakwah. Untuk kepentingan inilah skill tersebut mendapatkan penghargaan di sisi Allah swt.
“Katakanlah: ‘Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.’ Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (Al-Isra’: 84)
Sesungguhnya semua skill yang dimiliki seseorang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap dakwah. Kemenangan dakwah dalam sepanjang sejarah juga diwarnai oleh keterampilan dari para pahlawan Islam. Ada yang mahir menunggang kuda dari balik perut kuda hingga bisa membuka benteng musuh. Ada yang terampil menggunakan pedangnya hingga tampak bagai tarian. Ada juga yang ahli dalam mengadu domba hingga mematahkan kekuatan barisan musuh dan masih banyak lagi yang lainnya. Karena itu para pengemban risalah dakwah ini mendorong umatnya untuk turut serta dalam mendayagunakan keterampilannya bagi kemenangan dakwah.
“Katakanlah: ‘Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahu.’” (Az-Zumar: 39)
3. Al-Atha’ Al-Maaly (Kontribusi Materi)
Kontribusi materi merupakan kekuatan fisik dari dakwah karena ia akan menggerakkan jalannya perjuangan ini. Berbagai sarana perjuangan diperlukan dan harus diperoleh melalui penyediaan material dan finansial. Oleh karena itu berbagai persiapan dalam hal ini diperintahkan Allah swt. sebagaimana firman-Nya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukuop kepadamu dan kamu tidak akan dianaiaya (dirugikan).” (Al-Anfal: 60)
Para sahabat telah menunjukkan betapa perjuangan dakwah harus diikuti oleh perjuangan mengorbankan harta, bahkan kadangkala dalam jumlah yang tiada taranya. Abu Bakar Shiddiq adalah sahabat yang rela mengorbankan seluruh harta miliknya di jalan Allah, sedangkan Utsman bin Affan yang kaya raya itu juga sangat luar biasa tanggung jawabnya dalam persoalan kontribusi material ini. Ketika pada masa Khalifah Umar bin Khattab terjadi musim paceklik Utsman menyumbangkan gandum yang dibawa oleh seribu ekor unta.
Perjuangan yang dihidupkan tidak hanya dengan semangat dan pemikiran, tetapi juga dengan dukungan materi yang kuat, akan mampu mengimbangi dengan musuh-musuh yang seringkali memiliki sarana yang lengkap dan hebat. Perhatian dalam hal ini adalah sebuah kewajiban yang asasi karena ini merupakan tuntutan sunatullah. Inilah yang ditunaikan Rasulullah saw. ketika memproduksi senjata-senjata perang, yang ditunaikan Umar bin Khattab ketika menciptakan “panser-panser” (dababah) atau Utsman bin Affan ketika membangun angkatan laut yang kuat di bawah pimpinan Muawiyah.
4. Al-Atha’ An-Nafsy (Kontribusi Jiwa)
Kontribusi jiwa (nafs) dapat berbentuk pengorbanan untuk menundukkan dorongan-dorongan nafs-nya yang memerintahkan kepada fujur dan menyerahkannya kepada ketakwaan. Sesungguhnya ini adalah kontribusi yang mendasari seluruh kontribusi lainnya. Seorang harus mengatasi keinginan-keinginan untuk membesarkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mau berkorban bagi pihak lain. Ia harus membebaskan dirinya dari sifat bakhil yang mengungkung jiwanya baik dalam aspek material maupun non-material.
Kontribusi terbesar diberikan seseorang kepada dakwah apabila ia rela tidak saja menundukkan jiwa kebakhilannya, tetapi bahkan melepas jiwanya itu sendiri dari badannya demi perjuangan dakwah. Inilah cita-cita terbesar dari seorang pejuang dakwah yang diikrarkannya tatkala ia mulai melangkahkan kakinya di jalan dakwah: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan AlQur-an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 111).
Termasuk dalam kontribusi jiwa ini adalah kontribusi waktu (al waqt) dan kesempatan (al furshokh) yang dimiliki seseorang dalam perjalanan kehidupannya. Waktunya tidak akan dibelanjakan kepada hal-hal yang tidak memiliki aspek kedakwahan. Ia juga tidak akan menciptakan atau mengambil kesempatan-kesempatan dalam kehidupannya kecuali yang bernilai akhirat.
5. Al-Atha’ Al-Mulky (Kontribusi Kewenangan)
Kewenangan yang dimiliki seseorang dalam jajaran birokrasi pemerintahan ataupun kemasyarakatan dapat juga bermanfaat untuk kemajuan dakwah. Baik birokrasi tingkat rendah apalagi tingkat yang lebih tinggi. Dengan jabatan dan kewenangannya ia dapat menentukan sesuatu yang dapat dipandang baik atau buruk terhadap pertumbuhan dakwah.
Karenanya jabatan dan kewenangan yang ada padanya harus bisa memberikan pengaruh terhadap geliatnya dakwah. Bukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya saja. Tidak jarang kita jumpai banyak orang yang tidak mempergunakannya untuk dakwah malah kadang mempersempit ruang gerak dakwah. Tidak seperti umat lain yang memaksimalkan jabatan dan kewenangannya untuk kepentingan dakwah mereka.
Lihatlah paparan kisah yang Allah swt. ceritakan dalam Al-Qur’an tentang pembelaan pengikut Nabi Musa yang berada di jajaran pemerintahan Fir’aun meski harus menyembunyikan imannya. Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir`aun yang menyembunyikan imannya berkata: “Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: Tuhanku ialah Allah, padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.” Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Al-Mukmin: 28)
Begitu berartinya jabatan dan kewenangan bagi dakwah, sampai-sampai Rasulullah saw. berdoa pada Allah swt. agar memberikan hidayah Islam kepada pembesar Qurasiy, yakni antara dua Umar: Umar ibnul Khaththab atau Amr bin Hisyam.
Kiat untuk dapat memberikan kontribusi dakwah
Untuk dapat mendorong dirinya memberikan kontribusinya dalam dakwah, aktivis dakwah perlu mengupayakan kiat-kiat jitu dalam berkorban. Pertama, biasakan diri untuk memberikan kontribusi setiap hari meskipun dalam jumlah yang kecil. Sedapatnya bisa berkorban baik harta, waktu, dan tenaga setiap hari, pekan ataupun waktu-waktu lainnya. Kalau perlu dengan ukuran yang jelas, misalnya satu hari memberikan kontribusinya untuk dakwah Rp 1.000 atau dua jam dari waktunya atau satu gagasannya. Sehingga apa yang ia berikan dapat terukur. Untuk dapat membiasakannya bila perlu memberikan sanksi jika meninggalkan kebiasaan tersebut. Seperti Umar menyumbangkan kebunnya karena tidak shalat berjamaah. Ibnu Umar memperpanjang shalatnya bila tidak berjamaah. Rasulullah saw. mengerjakan shalat dhuha 12 rakaat bila meninggalkan qiyamullail.
Kedua, meningkatkan kemampuan visualisasi terhadap balasan dan ganjaran dunia dan akhirat. Apalagi balasan yang dijanjikan-Nya sangat besar, Allah swt. akan memberikan kedudukan yang kokoh di dunia atas segala kontribusi yang diberikan (An-Nuur: 55). Allah swt. juga memandang mulia orang yang berkorban, bahkan derajatnya ditinggikan dari orang yang lainnya (An-Nisaa’: 95). Keyakinan akan balasan dan ganjaran yang diberikan akan memudahkan orang akan menyumbangkan apa saja yang dimilikinya.
Ketiga, selalu bercermin pada orang lain dalam berkorban. Orang beriman akan menjadi cermin bagi yang lainnya. Dengan senantiasa melihat apa yang dilakukan yang lain. Paling tidak dapat memberikan dorongan untuk melakukan seperti yang dilakukan orang lain. Tidak jarang para sahabat berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan lantaran bercermin dari sahabat lainnya.
Keempat, selalu meyakini bahwa setiap pengorbanan yang diberikan akan memberikan manfaat yang sangat besar baik bagi dirinya ataupun yang lain. Keyakinan yang demikian akan mendorong untuk selalu berbuat. Sebab, betapa banyaknya orang yang dapat menikmati atau mengambil faedah dari apa yang kita lakukan. Sebagaimana ditemukan sebuah penelitian, para pekerja pembuat obat di pabrik tidak jadi melakukan mogok kerja karena mereka melihat langsung bahwa banyak pasien di rumah sakit yang sangat membutuhkan obat yang mereka buat.
Kelima, senantiasa berdoa pada Allah swt. agar dimudahkan untuk selalu berkorban. Karena Allah swt. pemilik hati orang beriman sehingga dengan berdoa diharapkan hati kita senantiasa berada di barisan terdepan untuk memberikan kontribusi bagi kemenangan dakwah. Dengan berdoa dapat bertahan untuk memperjuangkan dakwah hingga akhir hayat kita.
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (Al-Maidah: 27).

AKTIVIS MERUPAKAN SOSOK CENDEKIAWAN

" Bila dakwah ibarat pohon, ada saja daun-daunnya yang berjatuhan.Tapi pohon dakwah itu tak pernah kehabisan cara untuk menumbuhkan tunas-tunas barunya. Sementara daun-daun yang berguguran tak lebih hanya akan menjadi sampah sejarah "
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, Niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. Muhammad:7) Pada masa sekarang ini, di mana situasi dan kondisi umat semakin mengalami keterpurukan, kebobrokan moral terjadi di mana-mana, nilai-nilai kebenaran sudah bukan sumber ketaatan, bahkan sisi-sisi nilai kemanusiaan sudah tidak dihiraukan lagi, di sinilah peran para penyeru kebenaran, pengingat pada kebaikan, dan penggerak ke arah yang lebih baik menjadi sangat dibutuhkan.

Di tengah kebanyakan orang sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing, kesibukan yang jauh dari orientasi Ilahi, para penyeru kebaikan haruslah mampu dan senantiasa berusaha terus-menerus untuk memperjuangkan kebenaran dan menegakkan keadilan. Selalu mengusahakannya setiap saat, di manapun, dan bagaimanapun kondisinya saat itu.

Penyeru kepada kebaikan adalah mereka para aktivis dakwah yang selalu menghiasi hari-hari mereka dengan usaha-usaha nyata, yang dilandasi dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang, demi tercapainya kebenaran syariat di setiap segmen kehidupan. Mereka adalah para aktivis yang berlomba dengan waktu, untuk mengukir prestasi di setiap lini kehidupan mereka.mereka para aktivis dakwah yang selalu menghiasi hari-hari mereka dengan usaha-usaha nyata, yang dilandasi dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang, demi tercapainya kebenaran syariat di setiap segmen kehidupan. Mereka adalah para aktivis yang berlomba dengan waktu, untuk mengukir prestasi di setiap lini kehidupan mereka.Kalau melihat kondisi di kampus kita tercinta ini, dimana para aktivis penuh dengan segudang kesibukan, jangankan kesibukan perkuliahan, yang merupakan tujuan utama masuk ke Politeknik, yang jelas-jelas sarat dengan setumpuk tugas, makalah, kuis, dll, pekerjaan di organisasi saja sudah cukup memakan banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Tetapi memang begitulah adanya, sekilas memang terasa berat dan penuh dengan pengorbanan, akan tetapi di situlah sebenarnya lahan seorang aktivis untuk berprestasi, untuk mengaktualisasikan diri mereka masing-masing, dalam usaha memberikankontribusi terbaik, untuk umat ini.
Tidak salah memang, pernyataan HM. Anis Matta. Lc, salah seorang cendekiawan muslim Indonesia, beliau menyatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan, mereka adalah para aktivis yang selalu menyiapkan diri di kondisi yang paling sulit, dengan setumpuk beban yang sangat berat sekalipun.
Akan tetapi kita semua pun sadar, bukanlah alam dunia kalau dia tidak normal, begitu pula dengan para aktivis kita. Di tengah kondisi yang selalu bergerak dengan dinamis, ternyata ada saja yang kewalahan atau sudah terlanjur merasa kecapaian. Dengan berbagai situasi yang tercipta, ada saja di antara para aktivis kita yang mulai mengendorkan tangan di tengah proses yang terus berjalan ini, bahkan di sekian mereka, ada benar-benar melepaskan diri dari jalan ini.Akan tetapi kita semua pun sadar, bukanlah alam dunia kalau dia tidak normal, begitu pula dengan para aktivis kita. Di tengah kondisi yang selalu bergerak dengan dinamis, ternyata ada saja yang kewalahan atau sudah terlanjur merasa kecapaian. Dengan berbagai situasi yang tercipta, ada saja di antara para aktivis kita yang mulai mengendorkan tangan di tengah proses yang terus berjalan ini, bahkan di sekian mereka, ada benar-benar melepaskan diri dari jalan ini.Akan tetapi kita semua pun sadar, bukanlah alam dunia kalau dia tidak normal, begitu pula dengan para aktivis kita. Di tengah kondisi yang selalu bergerak dengan dinamis, ternyata ada saja yang kewalahan atau sudah terlanjur merasa kecapaian. Dengan berbagai situasi yang tercipta, ada saja di antara para aktivis kita yang mulai mengendorkan tangan di tengah proses yang terus berjalan ini, bahkan di sekian mereka, ada benar-benar melepaskan diri dari jalan ini.

Dalam jajaran ideal, seorang aktivis sebenarnya dituntut untuk selalu memiliki komitmen yang tinggi terhadap tujuan dari usaha mereka, untuk itu sebenarnya suatu hal yang cukup penting untuk senantiasa dilakukan adalah bagaimana cara membina diri untuk meningkatkan kualitas pribadi-pribadi yang ada, dengan harapan terbentuk suatu pribadi yang dinamis, yang dari waktu ke waktu, semakin meningkatkan kualitas diri, baik jasadi maupun rohani, yang mana hal ini juga akan mampu meningkatkan keberadaan atau peran mereka bagi organisasi, ataupun sebaliknya peran organisasi untuk perbaikan kualitas diri mereka serta membentuk suatu kekuatan yang sinergis ketika mereka sudah berbaur memadukan pemikiran dan amal (kerja) nyata dengan para aktivis yang lain.
Adapun dalam prakteknya, di antara para aktivis dakwah terjadi benturan-benturan, yang seringkali memunculkan perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan untuk sebuah organisasi, tapi itulah rahmat dari Allah Swt, itu semua adalah warna kehidupan. Tinggal bagaimana pribadi-pribadi itu menyikapi semua warna yang ada dengan tetap mengedepankan ukhuwah (persaudaraan, persatuan) dan menyadari itu semua hanya untuk mencari ridho Allah semata.
Ada satu hal, yang bisa jadi merupakan pandangan orang kebanyakan, mereka memandang para aktivis dakwah hanya melulu berurusan dengan masalah ritual keagamaan (dalam pandangan mereka) saja, padahal kalau mereka mau melihat lebih jauh dan lebih mendalam lagi, permasalahan yang dipikirkan dan diperjuangkan adalah sangat kompleks dan beragam sekali, dan yang pasti itu semua bukan hal remeh yang sekedar menjadi pembicaraan tanpa pemikiran dan solusi yang nyata.Hal ini jugalah yang terkadang membuat enggan bagi mereka-mereka yang semula memiliki ketertarikan untuk bergabung, akhirnya tidak jadi dengan alasan, wahana yang ada kelihatan sempit dan susah untuk berkembang.
Demikian adalah pandangan orang awam, tapi bagaimana dengan kita yang jelas-jelas sudah mengetahui bahwa adalah suatu kewajiban yang tidak ada terkecualinya, untuk selalu mengusahakan perbaikan secara terus-menerus di dunia ini, minimal terhadap diri kita sendiri.
Saudaraku, ada rasa kepuasan yang mendalam ketika kita sudah bisa melakukan kebaikan, rasa kepuasan yang akan mengakibatkan kita semakin memiliki keinginan untuk memberikan kontribusi yang lebih baik lagi, demi kebaikan umat ini.
SEMPURNAKAN HIDUP DENGAN NIAT IBADAH
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (Al Jatsiyah : 13)
Manusia menduduki tempat tertinggi di muia bumi. Allah swt telah menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk keperluan mereka. Jika Allah swt, seperti disebut dalam ayat di atas, menundukkan bumi dan langit dengan segala isinya untuk manusia, berarti manusia lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dari langit dan bumi. Hal ini juga sudah difirmankan Allah swt : "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak men-ciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan : 38 - 39)
Sejak detik pertama Allah mengumum-kan kelahiran manusia, Allah memerintahkan pada malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai pertanda bahwa manusia menempati kedudukan terhormat di sisi Allah swt. Al-Qur`an menyebutkan : "Dan sesungguh-nya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempur-na atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra : 70)
Atas dasar inilah Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang mulia. Lalu, apa tugas manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah swt? Allah membatasi tugas manusia di planet bumi adalah untuk beribadah. "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manu-sia melainakan supaya mereka menyem-bah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (QS. Adz-Dzariyat : 56 : 57) Ibadah dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Sholat, berziarah ke rumah sanak keluarga, adalah ibadah. Sampai-sampai memalingkan mata dri pandangan yang harampun termasuk ibadah. Bertindak adil dalam menentukan hukuman adalah ibadah. Mengenakan jilbab bagi kaum wanita adalah ibadah. Jujur dalam jual beli dan jihad di jalan Allah adalah ibadah. Bahkan makan, minum serta merawat cinta kasih antara suami isteri pun adalah ibadah. Demikian juga perkataan, gerak, langkah serta niat baik dan benci karena Allah merupakan ibadah. Ringkasnya, tak ada pemisahan antara ibadah dan aktivitas keduniaan dalam Islam. Sem-ua perbuatan itu menjadi iba-dah di sisi Allah bila diniatkan semata-mata karena mencari dan mencapai ridha-Nya.
Melaksanakan semua per-intah yang tertulis dalam al-Qur`an dan sunnah serta menjauhkan larangan yang tertulis di dalam keduanya adalah ibadah. Semua gerak dan langkah dalam hidup ini adlah ibadah.Ibadah menca-kup semua aktifitas manusia bila diiringi dengan niat yang benar untuk mencapai ridho Allah swt.
Dengan demikian, nilai suatu perbuatan dalam pandangan akidah Islam dilandasi niat dan dorongannya, bukan dari hasilnya. Hasil suatu perbuatan berada di tangan Allah dan karenanya ganjaran perbuatan seseorang tidak tergantung pada hasilnya, tetapi pada niat yang ada di dalam hati. Dari sini pula, seseorang tidak diwajibkan menantikan buah dan hasil perbuatannya.
Niat yang benar juga harus dilanjutkan dalam amal yang benar pula. Setelah niat seseorang telah lurus, pekerjaan yang dilakukan pun tidak boleh melewati pagar dan batasan yang benar pula. Tak ada kamus "tujuan menghalalkan cara". Seorang muslim tidak dibenarkan menggunakan cara keji demi mengapai tujuan dan cita-cita mulia. Seorang muslim juga tidak boleh bermain curang dalam ujian demi mendapatkan ijazah meskipun dengan ijazah tersebut ia ingin berkhidmat untuk Islam.
Prof. Muhammad Aassad, seorang pemikir besar bangsa Austria yang meninggalkan Kristen dan memeluk Islam berkata, "Islam tidak menganggap kehidupan sebagai sesuatu kebetulan dan kebiasaan rutin yang terlepas dari kehidupan akhirat. Semua itu merupakan kesatuan yang sangat erat. Penghambaan kepada Allah swt dengan arti yang sangat luas menciptakan arti kehidu-pan manusia yang sebenar-nya. Pengertian inilah yang memungkinkan manusia men-capai makna kesempurnaan dalam hidupnya di dunia. Islam tidak menghalangi ma-nusia yang ingin mencapai kesempurnaan hidup setelah matinya syahwat badani. Dalam pandangan Islam ibadah tidak terbatas pada sholat dan puasa saja, tapi mencakup seluruh kegiatan manusia. (mn)

DINAMIKA AKTIVIS KAMPUS

Lingkungan kampus merupakan miniatur dari keadaan masyarakat. Begitu banyaknya prinsip dan ideology sehingga membuahan sikap individualististis yang semakin tinggi. Para mahasiswa diberikan kesempatan yang seluas luasnya untuk  memilih ilmu apa yang akan mereka dapatkan, begitu juga dengan berapa lama waktu yang akan mereka habiskan di kampus tercinta.  Jika ditanya masalah akademis, maka  ada dua komponen yang perlu menjadi perhatian yaitu aktivis kafe dan aktifis kampus.
Keduanya sama sama aktivis namun mempunyai jalan yang berbeda. Jika aktivis kafe, kita tidak perlu sungkan dan heran jika mereka begitu cintanya pada kampus sehingga  memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin untuk berada di kampus tercinta. Hal ini  bukan merupakan masalah  bagi mereka untuk menamatkan bangku kuliah dengan predikat MAPALA (Mahasiswa Paling Lama). Namun bagaimana dengan aktivis kampus ? Ternyata banyak diantara aktivis kampus yang belum bisa mensinergikan aktivitas dan akademisnya. Tidak jarang seorang aktivis terkesan cuek dengan nilai Kartu Hasil Studinya yang nasakom, ataupun dengan teguran teguran dari pihak dosen tentang ketidakdisiplinan mereka. Saya tidak menuntut setiap aktivis untuk mempunyai indeks prestasi yang luar biasa dengan perikat cumelaude, tetapi minimal seorang aktivis memiliki indeks prestasi yang bisa dikatakan standar ataupun bagus. seorang aktivis  memang tidak bisa disamakan  dengan mahasiswa lainnya  yang hanya punya dua orientasi yaitu kampus dan kos. Ketika para mahasiswa tidur tiduran di kos dengan santainya, para aktifis masih disibukkan dengan berbagai agenda. Ketika mahasiswa lain hanya pusing dengan tugas tugas dari dosen, maka para aktivis menambah satu porsi dalam pemikiran mereka untuk memikirkan kemajuan dan kebaikan ke depannya. Dan ketika  mahasiswa lain sibuk dengan persiapan pulang kampungnya, maka aktivis pun sibuk untuk  memikirkan pulang kampusnya alias acara acara selanjutnya di kampus mereka.  Hal ini bukanlah sebuah kerja yang mudah dan murah untuk dilakukan. Banyak pengorbanan  yang harus dilakukan seorang aktivis, berkorban fisik, harta , waktu, pemikiran, bahkan tidak jarang kesempatan untuk pulang kampung.
Akan tetapi kesemuanya itu tidaklah menjadi tameng bagi tiap aktivis untuk terlena dengan urusan organisasi, karena selain amanah mereka di institusi masing masing, marekajuga mempunyai amanah yang besar kepada orang tua untuk menyelesaikan studi dengan sebaik baiknya. Oleh Karena itu, tiap aktivis perlu mempunyai prinsip AKTIVIS AKADEMIS.
Artinya kita menomorsatukan aktivitas di organisasi dan juga mengutamakan akademis kita sebagai seorang mahasiswa.  Saya rasa seorang aktivis mempunyai kemampuan yang lebih dalam memanage waktunya, dibandingkan mahasiswa lain. Karena umumnya pada aktivis mempunyai pemikiran yang matang hasil dari kemampuannya menganalisa dan mensolver masalah. Seorang mahasiswa biasa yang
mendapat nilai akademis bagus adalah biasa, karena mempunyai waktu yang luang untuk mengulang ulang pelajaran, namun aktivis yang mempunyai nilai akademis yang bagus akan  lebih disegani dan dijadikan referensi bagi mahasiswa lain.  Jika kita melihat sejarah perjuangan para mahasiswa ikhwanul muslimin di Timur Tengah,  ternyata mereka sangat memperhatikan sektor pendidikan dan ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adalah perintah untuk membaca, bukannya penegasan terhadap ketauhidan kepada Allah SWT. Seharusnya hal ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua para aktivis dakwah. Bahwa islam bukannya mengekang para pengikutnya untuk menuntut ilmu, bahkan islam menganjurkan kita menuntut ilmu sejauh mungkin agar dapat dipergunakan untuk kejayaan islam nantinya.
Bagi para aktivis yang belum bisa mengoptimalkan nilai akademisnya, ada beberapa tips yang mugkin dapat digunakan, yaitu :
-    membuat skala prioritas dari segala aktivitas yang akan dikerjakan pada hari tersebut, karena kefektifan dalam aktivitas  dapat membuka pikiran kita bahwa ternyata kita mempunyai waktu luang yang dapat digunakan seefisien mungkin untuk mengulang ulang pelajaran, misalnya di atas bus, atau pada jam jam kosong ketika kuliah.
-    Pahami tentang metode belajar kita, karena tiap orang mempunyai metode belajar yang berbeda dan kapasitas yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Kenali waktu waktu yang pas bagi kita masing untuk belajar. Apakah malam hari sebelum tidur , ataukan ketika subuh atau pada waktu waktu lainnya.
-    Mulailah membuat targetan targetan nilai yang akan kita capai pada semester ini, karena hal tersebut dapat memotivasi kita untuk mencapai nilai yang sesuai dengan target. Jangan memasang target yang rendah karena akan membuat semangat kita mengendur. Sebaliknya target juga harus realistis sesuai dengan kemampuan kita.
-    Kenalilah karakter dosen karena tiap dosen mempunyai karakter yang berbeda. Ada yang tidak perduli dengan kehadiran mahasiswa, adajuga yang memberikan penilaian gagal karena absensi tidak sesuai dengan target. Ada yang cuek dengan tugas dan latihan, ada juga yang begitu seringnya memberikan tugas dan latihan kepada mahasiswa.
-    Jangan pernah melakukan praktek titip absent, karena hal ini bisa mengotori usaha kita dalam mendapatkan ilmu. Sesuatu yang baik jika disampaikan dengan cara yang tidak baik, tidak akan dapat memberikan berkah.
Yang paling penting adalah kemampuan kita untuk memanajemen waktu. Allah memberikan waktu
yang sama baik kepada seorang pengemis ataupun kepada seorang presiden, maka dituntut
kecekapan dari tiap aktivis untuk pandai pandai dalam membagi waktu. Sesungguhnya hanya ada
empat golongan mahasiswa di kampus manapun, yaitu :
1.    (Mahasiswa luar biasa) Mahasiswa dengan kemampuan organisasi dan akademis yang menawan. Mahasiswa seperti ini adalah kategori luar biasa dan biasanya di segani oleh mahasiswa lainnya dan dijadikan referensi.
2.    (Mahasiswa biasa biasa saja) mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan organisasi, namun mempunyai nilai akademis tinggi. Mahasiswa jenis ini paling banyak ditemukan, sehingga disebut biasa karena mempunyai waktu lebih dan kesempatan lebih banyak untuk meraih prestasi.
3.    (Mahasiswa pelupa) mahasiswa dengan kemampuan oraganisasi menabjubkan, tetapi lupa akademis alias mempunyai nilai  akademis  cukup mengecewakan. Mahasiswa jenis ini adalah mahasiswa yang terlupa karena terlena oleh aktivitas yang begitu padatnya , mereka perlu diingatkan bahwa oraganisasi adalah nomor satu, dan akademis adalah hal yang utama.
4.    (Mahasiswa merana) Mahasiswa yang tidak mempunyai kemapuan organisasi apalagi akademis yang membanggakan. Mahasiswa jenis ini harus bersiap siap di lupakan dan dianggap pepasiran di tengah kampus.

Senin, 25 April 2011

PERJUANGAN HIDUP PADA MASA KONFLIK

Nama saya Martunis, saya lahir dari keluarga yang pas-pasan pada tanggal 21 januari 1989 di desa Trieng Meuduro Tunong Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan, saya anak merupakan anak tertua dari pasangan (alm) Sofyan,ys dengan Umi Kalsum,id. saya mempunya 2 orang saudara satu cewek satu cowok, saya sekolah di SDN Trieng Meuduro Tunong, Alhamdulillah saya selalu mendapat peringkat pertama mulai kelas I sampai kelas VI, sejak kelas III SD saya di didik di pesantren yang tidak jauh dari rumah sekitar 5 meter, di pesantren saya belajar dengan giat sehingga saya lebih unggul dari teman-teman lainnya, cita-cita saya waktu kecil sangat tinggi, yaitu ingin menjadi seorang jendral tapi kondisi dan keadaan daerah saya sehingga cita-cita tersebut hilang sirna,,,bulan berganti bulan, tahun pun ikut berganti tahun tak terasa saya sudah mengenal sedikit apa yang selalu di bincang di media massa yaitu politik.politi..politik. meranjak saya kelas IV SD kondisi daerah pun semakin kacau, konflik antara RI-GAM membuat anak bangsa trauma dan banyak diantara mereka putus sekolah,apalagi orang tua mereka sulit untuk bekerja mencari nafkah karena takut nanti ada yang meneror dari belakang, tapi walaupun banyak teror saya tetap sekolah dan pada waktu satu minggu mau menghadapi EBTANAS saya mendapat ujian yang sangat berat dari Allah SWT. waktu itu harapan saya sirna bagaikan bulan dikala gerhana yang tidak bisa memancarkan cahaya indahnya ke permukaan bumi, tepat jam 15.00 WIB pada hari selasa tanggal 04 juni tahun 2001saya sedang mengikuti pengajian di pesantren tiba-tiba di kejutkan oleh sekelompok TNI-AD yang sedang mengepung rumah saya, saya cuma bisa melihat dari jarak 10 meter dari arah pesantren, tak lama kemudian tim TNI-AD tersebut menggerebek rumah saya, yang ada di rumah pada saat itu ibu bersama adik-adik saya, sedangkan ayah saya sedang menanam padi di sawah, salah seorang TNI tersebut menanyakan keberadaan ayah saya, ibu menjawab kalau ayah sedang menanam padi di sawah, tim TNI membawa ibu  ke sawah tempat ayah menanam padi, karena tempatnya tidak jauh cuma 10 menit jalan kaki, setiba di sawah seluruh personel TNI memanggil seluuh petani dan di kumpulkan di meunasah serta di minta KTP sebagai bukti identitas warga negara, setelah diperiksa semua, ada satu KTP yang tidak di kembalikan dan orang tersebut adalah ayah saya dan beliau di suruh duduk di tempat yang terik panas matahari, sungguh tidak punya perasaan sedikitpun, coba anda bayangkan sendiri waktu nanam padi, kalau udah capek pasti beristirahat di tempat teduh bukan di tempat terik panas matahari ya kan,,,,,,????

Kemudian ayah di ikat tangan di belakang dan dibawa oleh anggota TNI tersebut pada jam 15.45 WIB, sedangkan ibu di suruh pulang ke rumah sendiri, saya pulang kerumah dan menangis dengan sekeras-kerasnya bersama ibu dan adik-adik saya,........ ke esokan harinya ibu mencari ayah ke polsek ternyata tidak ada di polsek, di bilang personil polsek dah di bawa ke polres, karena pada waktu itu kendaraan kurang lalu lalang di jalan akhirnya ibu memutuskan mencari ayah ke esokan harinya lagi, pada hari kamis ibu pergi ke polres bersama yahwa sayed, dia dah sering melakukan pembebasan terhadap tawanan pada masa konflik, kebetulan kami masih satu aliran saudara, setelah nyampek polres aceh selatan, kata personil di situ ayah di tawan di penjara Naga, mereka minta tebusan 3 juta rupiah dan akhirnya ibu menyetujui tebusan tersebut demi terbebasnya ayah dari penjara,pada hari sabtu sorenya ibu pergi ke rumah yahwa sayed yang bertempat tinggal di Samadua, setelah nyampek di Samadua ibu mendapat berita bahwa di rumah sakit Dr.Yulidin Away ada jenazah yang baru dibawa, jenazah tersebut tidak ada kepala sehingga pihak rumah sakit tidak tau identitas jenazah tersebut, tetapi pihak rumah sakit cuma bisa menginformasikan jenazah tersebut dengan ciri-ciri berpakaian baju dan celana kerja di sawah, lalu ibu dengan cepat-cepat pergi ke rumah sakit untuk memastikan jenazah tersebut, tidak lama kemudian ibu nyampek rumah saket, tros masuk ruang jenazah, jenazah pun di buka oleh perawat, ibu pun sulit menandai apakah ini suaminya atau bukan karena jenazah tersebut tanpa ada kepala, akhirnya ibu melihat kuku di ibu jari kaki jenazah tersebut dan ibu pun tidak dapat menahan lagi air mata karena  jenazah tersebut adalah suami tercinta, ayah dari anak-anaknya... esoknya hari minggu jenazah ayah di bawa pulang kerumah untuk di semayamkan di pemakaman keluarga. Seminggu setelah itu, saya mengikuti EBTANAS dengan hati yang penuh duka cita,,,,, Alhamdulillah saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, saya mengungguli teman-teman lainnya. 

 
Kemudian saya melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Sawang selama 3 tahun dengan biaya dari jerih payah sendiri dan mampu meraih prestasi yang gemilang sampai saya lulus ,,, saya melanjutkan sekolah di SMAN 1 Sawang, kamudian saya terpilih menjadi anggota Paskibra dan yang paling istimewa lagi menjadi pasukan 8 ( pasukan inti ). 3 tahun aku sekolah di SMAN 1 Sawang akhirnya tamat pada tahun 2007-2008, setelah tamat dari bangku sekolah, aku mau melanjutkan kuliah, tapi karena faktor ekonomi  dan aku sebagai tulang punggung dalam keluarga, akhirnya ku putuskan untuk tidak kuliah,, aku mencoba meranjak dengan sedikit skil di bidang komputer,,, akhirnya aku diterima kerja jadi TU di SDN Trieng Meuduro Tunong,,, yang paling istimewanya lagi aku di angkat sebagai sekretaris Komite Sekolah dan dari sinilah aku memulai berkarir sedikit demi sedikit, mulai dari jadi TU, sekretaris Komite Sekolah bahkan jadi Sekretaris  proyek DAK tahun 2008 di SDN Trieng Meuduro Tunong, masuk tahun 2009 aku mendaftar diri di suatu lembaga yaitu Lembaga Bantuan Hukum Banda Aceh Post Tapaktuan di bidang Paralegal, Alhamdulillah aku diterima bekerja dengan gaji 1 juta perbulan,,, tidak lama bekerja di LBH aku ingin menambah penghasilan dari pekerjaan lain,,, yaitu jadi anggota penambang emas di kecamatan Sawang kabupaten Aceh Selatan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Alhamdulillah aku dapat rezeki dan mampu membeli sepeda motor 2 unit dalam waktu sebulan bekerja jadi penambang emas, di pertengahan tahun 2010 aku ingin melanjutkan kuliah karena sudah ada modal,,, aku pilih kuliah yg dekat dengan kampung halaman, yaitu di Aceh Barat Daya, di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aceh Barat Daya jurusan Bahasa Inggris, dan sekarang sudah memasuki semester III. itulah kisah perjalanan seorang anak korban konflik yang bangkit dengan sendirinya tanpa ada di perhatikan oleh pemerintah yang cuma hanya mementingkan isi perutnya saja,pesan saya jangan pernah menyerah sebelum anda memulainya, saya yakin anda pasti bisa, belajarlah mandiri jangan pernah selalu mengharap dari orang tua. salam sukses go fight win........