Rabu, 12 Oktober 2011

AKTIVIS MERUPAKAN SOSOK CENDEKIAWAN

" Bila dakwah ibarat pohon, ada saja daun-daunnya yang berjatuhan.Tapi pohon dakwah itu tak pernah kehabisan cara untuk menumbuhkan tunas-tunas barunya. Sementara daun-daun yang berguguran tak lebih hanya akan menjadi sampah sejarah "
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, Niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. Muhammad:7) Pada masa sekarang ini, di mana situasi dan kondisi umat semakin mengalami keterpurukan, kebobrokan moral terjadi di mana-mana, nilai-nilai kebenaran sudah bukan sumber ketaatan, bahkan sisi-sisi nilai kemanusiaan sudah tidak dihiraukan lagi, di sinilah peran para penyeru kebenaran, pengingat pada kebaikan, dan penggerak ke arah yang lebih baik menjadi sangat dibutuhkan.

Di tengah kebanyakan orang sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing, kesibukan yang jauh dari orientasi Ilahi, para penyeru kebaikan haruslah mampu dan senantiasa berusaha terus-menerus untuk memperjuangkan kebenaran dan menegakkan keadilan. Selalu mengusahakannya setiap saat, di manapun, dan bagaimanapun kondisinya saat itu.

Penyeru kepada kebaikan adalah mereka para aktivis dakwah yang selalu menghiasi hari-hari mereka dengan usaha-usaha nyata, yang dilandasi dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang, demi tercapainya kebenaran syariat di setiap segmen kehidupan. Mereka adalah para aktivis yang berlomba dengan waktu, untuk mengukir prestasi di setiap lini kehidupan mereka.mereka para aktivis dakwah yang selalu menghiasi hari-hari mereka dengan usaha-usaha nyata, yang dilandasi dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang, demi tercapainya kebenaran syariat di setiap segmen kehidupan. Mereka adalah para aktivis yang berlomba dengan waktu, untuk mengukir prestasi di setiap lini kehidupan mereka.Kalau melihat kondisi di kampus kita tercinta ini, dimana para aktivis penuh dengan segudang kesibukan, jangankan kesibukan perkuliahan, yang merupakan tujuan utama masuk ke Politeknik, yang jelas-jelas sarat dengan setumpuk tugas, makalah, kuis, dll, pekerjaan di organisasi saja sudah cukup memakan banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Tetapi memang begitulah adanya, sekilas memang terasa berat dan penuh dengan pengorbanan, akan tetapi di situlah sebenarnya lahan seorang aktivis untuk berprestasi, untuk mengaktualisasikan diri mereka masing-masing, dalam usaha memberikankontribusi terbaik, untuk umat ini.
Tidak salah memang, pernyataan HM. Anis Matta. Lc, salah seorang cendekiawan muslim Indonesia, beliau menyatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan, mereka adalah para aktivis yang selalu menyiapkan diri di kondisi yang paling sulit, dengan setumpuk beban yang sangat berat sekalipun.
Akan tetapi kita semua pun sadar, bukanlah alam dunia kalau dia tidak normal, begitu pula dengan para aktivis kita. Di tengah kondisi yang selalu bergerak dengan dinamis, ternyata ada saja yang kewalahan atau sudah terlanjur merasa kecapaian. Dengan berbagai situasi yang tercipta, ada saja di antara para aktivis kita yang mulai mengendorkan tangan di tengah proses yang terus berjalan ini, bahkan di sekian mereka, ada benar-benar melepaskan diri dari jalan ini.Akan tetapi kita semua pun sadar, bukanlah alam dunia kalau dia tidak normal, begitu pula dengan para aktivis kita. Di tengah kondisi yang selalu bergerak dengan dinamis, ternyata ada saja yang kewalahan atau sudah terlanjur merasa kecapaian. Dengan berbagai situasi yang tercipta, ada saja di antara para aktivis kita yang mulai mengendorkan tangan di tengah proses yang terus berjalan ini, bahkan di sekian mereka, ada benar-benar melepaskan diri dari jalan ini.Akan tetapi kita semua pun sadar, bukanlah alam dunia kalau dia tidak normal, begitu pula dengan para aktivis kita. Di tengah kondisi yang selalu bergerak dengan dinamis, ternyata ada saja yang kewalahan atau sudah terlanjur merasa kecapaian. Dengan berbagai situasi yang tercipta, ada saja di antara para aktivis kita yang mulai mengendorkan tangan di tengah proses yang terus berjalan ini, bahkan di sekian mereka, ada benar-benar melepaskan diri dari jalan ini.

Dalam jajaran ideal, seorang aktivis sebenarnya dituntut untuk selalu memiliki komitmen yang tinggi terhadap tujuan dari usaha mereka, untuk itu sebenarnya suatu hal yang cukup penting untuk senantiasa dilakukan adalah bagaimana cara membina diri untuk meningkatkan kualitas pribadi-pribadi yang ada, dengan harapan terbentuk suatu pribadi yang dinamis, yang dari waktu ke waktu, semakin meningkatkan kualitas diri, baik jasadi maupun rohani, yang mana hal ini juga akan mampu meningkatkan keberadaan atau peran mereka bagi organisasi, ataupun sebaliknya peran organisasi untuk perbaikan kualitas diri mereka serta membentuk suatu kekuatan yang sinergis ketika mereka sudah berbaur memadukan pemikiran dan amal (kerja) nyata dengan para aktivis yang lain.
Adapun dalam prakteknya, di antara para aktivis dakwah terjadi benturan-benturan, yang seringkali memunculkan perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan untuk sebuah organisasi, tapi itulah rahmat dari Allah Swt, itu semua adalah warna kehidupan. Tinggal bagaimana pribadi-pribadi itu menyikapi semua warna yang ada dengan tetap mengedepankan ukhuwah (persaudaraan, persatuan) dan menyadari itu semua hanya untuk mencari ridho Allah semata.
Ada satu hal, yang bisa jadi merupakan pandangan orang kebanyakan, mereka memandang para aktivis dakwah hanya melulu berurusan dengan masalah ritual keagamaan (dalam pandangan mereka) saja, padahal kalau mereka mau melihat lebih jauh dan lebih mendalam lagi, permasalahan yang dipikirkan dan diperjuangkan adalah sangat kompleks dan beragam sekali, dan yang pasti itu semua bukan hal remeh yang sekedar menjadi pembicaraan tanpa pemikiran dan solusi yang nyata.Hal ini jugalah yang terkadang membuat enggan bagi mereka-mereka yang semula memiliki ketertarikan untuk bergabung, akhirnya tidak jadi dengan alasan, wahana yang ada kelihatan sempit dan susah untuk berkembang.
Demikian adalah pandangan orang awam, tapi bagaimana dengan kita yang jelas-jelas sudah mengetahui bahwa adalah suatu kewajiban yang tidak ada terkecualinya, untuk selalu mengusahakan perbaikan secara terus-menerus di dunia ini, minimal terhadap diri kita sendiri.
Saudaraku, ada rasa kepuasan yang mendalam ketika kita sudah bisa melakukan kebaikan, rasa kepuasan yang akan mengakibatkan kita semakin memiliki keinginan untuk memberikan kontribusi yang lebih baik lagi, demi kebaikan umat ini.
SEMPURNAKAN HIDUP DENGAN NIAT IBADAH
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (Al Jatsiyah : 13)
Manusia menduduki tempat tertinggi di muia bumi. Allah swt telah menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk keperluan mereka. Jika Allah swt, seperti disebut dalam ayat di atas, menundukkan bumi dan langit dengan segala isinya untuk manusia, berarti manusia lebih tinggi derajatnya dan lebih mulia dari langit dan bumi. Hal ini juga sudah difirmankan Allah swt : "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak men-ciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan : 38 - 39)
Sejak detik pertama Allah mengumum-kan kelahiran manusia, Allah memerintahkan pada malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai pertanda bahwa manusia menempati kedudukan terhormat di sisi Allah swt. Al-Qur`an menyebutkan : "Dan sesungguh-nya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempur-na atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra : 70)
Atas dasar inilah Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang mulia. Lalu, apa tugas manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah swt? Allah membatasi tugas manusia di planet bumi adalah untuk beribadah. "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manu-sia melainakan supaya mereka menyem-bah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan." (QS. Adz-Dzariyat : 56 : 57) Ibadah dalam Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Sholat, berziarah ke rumah sanak keluarga, adalah ibadah. Sampai-sampai memalingkan mata dri pandangan yang harampun termasuk ibadah. Bertindak adil dalam menentukan hukuman adalah ibadah. Mengenakan jilbab bagi kaum wanita adalah ibadah. Jujur dalam jual beli dan jihad di jalan Allah adalah ibadah. Bahkan makan, minum serta merawat cinta kasih antara suami isteri pun adalah ibadah. Demikian juga perkataan, gerak, langkah serta niat baik dan benci karena Allah merupakan ibadah. Ringkasnya, tak ada pemisahan antara ibadah dan aktivitas keduniaan dalam Islam. Sem-ua perbuatan itu menjadi iba-dah di sisi Allah bila diniatkan semata-mata karena mencari dan mencapai ridha-Nya.
Melaksanakan semua per-intah yang tertulis dalam al-Qur`an dan sunnah serta menjauhkan larangan yang tertulis di dalam keduanya adalah ibadah. Semua gerak dan langkah dalam hidup ini adlah ibadah.Ibadah menca-kup semua aktifitas manusia bila diiringi dengan niat yang benar untuk mencapai ridho Allah swt.
Dengan demikian, nilai suatu perbuatan dalam pandangan akidah Islam dilandasi niat dan dorongannya, bukan dari hasilnya. Hasil suatu perbuatan berada di tangan Allah dan karenanya ganjaran perbuatan seseorang tidak tergantung pada hasilnya, tetapi pada niat yang ada di dalam hati. Dari sini pula, seseorang tidak diwajibkan menantikan buah dan hasil perbuatannya.
Niat yang benar juga harus dilanjutkan dalam amal yang benar pula. Setelah niat seseorang telah lurus, pekerjaan yang dilakukan pun tidak boleh melewati pagar dan batasan yang benar pula. Tak ada kamus "tujuan menghalalkan cara". Seorang muslim tidak dibenarkan menggunakan cara keji demi mengapai tujuan dan cita-cita mulia. Seorang muslim juga tidak boleh bermain curang dalam ujian demi mendapatkan ijazah meskipun dengan ijazah tersebut ia ingin berkhidmat untuk Islam.
Prof. Muhammad Aassad, seorang pemikir besar bangsa Austria yang meninggalkan Kristen dan memeluk Islam berkata, "Islam tidak menganggap kehidupan sebagai sesuatu kebetulan dan kebiasaan rutin yang terlepas dari kehidupan akhirat. Semua itu merupakan kesatuan yang sangat erat. Penghambaan kepada Allah swt dengan arti yang sangat luas menciptakan arti kehidu-pan manusia yang sebenar-nya. Pengertian inilah yang memungkinkan manusia men-capai makna kesempurnaan dalam hidupnya di dunia. Islam tidak menghalangi ma-nusia yang ingin mencapai kesempurnaan hidup setelah matinya syahwat badani. Dalam pandangan Islam ibadah tidak terbatas pada sholat dan puasa saja, tapi mencakup seluruh kegiatan manusia. (mn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar